0763. KELUAR MANI LAGI SETELAH MANDI

Pertanyaan:
Assalamualaikum para ustadz ustadzah. 
Saya hadir kembali dengan beberapa pertanyaan. 

Ketika seseorang laki2 mengeluarkan mani,dia langsung mandi wajib , setelah selesai mandi wajib. Dia buang air kecil, lalu diketahui ada sisa mani yg keluar. 

1. Apakah dia wajib mengulangi mandinya? 

2. Apa batasan luar dari 5 lubang ( mulut, hidung, telinga, dubur, qubul) yg wajib dibasuh saat mandi wajib? 

Wassalam
[Imam Sukma Ningrat]

Jawaban:
Walaikumsalam

1. Apabila seseorang sudah mandi wajib sebab keluar mani misalnya dan setelah mandi dia mendapati ada sisa mani yang keluar maka wajib baginya Mengulang mandinya, baik sisa mani itu keluar sebelum kencing maupun sesudah kencing.

وَلَو اغْتسل ثمَّ خرجت مِنْهُ بَقِيَّة وَجب الْغسْل ثَانِيًا بِلَا خلاف سَوَاء خرجت قبل الْبَوْل أَو بعده
“Seandainya (seseorang) sudah menunaikan mandi kemudian keluar daripadanya sisa mani wajib mandi yang kedua, baik mani itu keluar sebelum kencing maupun sesudah”
[Kifaayah al Akhyaar Halaman 41]

Yang diterangkan oleh Syeikh Taqiyuddin Al Hushni diatas adalah Madzhab Syafi'i, yang diterangkan Imam Syafi'i dan disepakati pengikutnya. Berikut lintas Madzhab dalam masalah ini:

إذَا أَمْنَى وَاغْتَسَلَ ثُمَّ خَرَجَ مِنْهُ مَنِيٌّ عَلَى الْقُرْبِ بَعْدَ غُسْلِهِ لَزِمَهُ الْغُسْلُ ثَانِيًا سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ قَبْلَ أَنْ يَبُولَ بَعْدَ الْمَنِيِّ أَوْ بَعْدَ بَوْلِهِ هَذَا مَذْهَبُنَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ الْأَصْحَابُ وَبِهِ قَالَ اللَّيْثُ واحمد في رواية عنه: وقال مَالِكٌ وَسُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَأَبُو يُوسُفَ وَإِسْحَاقُ بْنُ راهويه لاغسل مطلقا وهي اشهر الروايات عن احمد وَحَكَاهُ ابْنُ الْمُنْذِرِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَعَطَاءٍ وَالزُّهْرِيِّ وَغَيْرِهِمْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ إنْ كَانَ مَا بَالَ قَبْلَ الْغُسْلِ ثُمَّ خَرَجَ الْمَنِيُّ فَلَا غُسْلَ عَلَيْهِ لِأَنَّهُ بَقِيَّةُ الْمَنِيِّ الَّذِي اغْتَسَلَ عَنْهُ وَإِلَّا فَيَجِبُ الْغُسْلُ ثَانِيًا وَهُوَ رواية ثالثة عن أحمد: وعن أبي حَنِيفَةَ عَكْسُ هَذَا إنْ كَانَ بَالَ لَمْ يَغْتَسِلْ لِأَنَّهُ مَنِيٌّ عَنْ غَيْرِ شَهْوَةٍ وَإِلَّا وَجَبَ الْغُسْلُ لِأَنَّهُ عَنْ شَهْوَةٍ: دَلِيلُنَا عَلَى الْجَمِيعِ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (الْمَاءُ مِنْ الْمَاءِ) وَلَمْ يُفَرِّقْ وَلِأَنَّهُ نَوْعُ حَدَثٍ فَنَقَضَ مُطْلَقًا كَالْبَوْلِ وَالْجِمَاعِ وَسَائِرِ الْأَحْدَاثِ
“Apabila (seseorang keluar) mani lalu ia mandi kemudian keluar darinya mani pada masa yang dekat (belum lama) sesudah ia mandi wajib baginya mandi yang kedua, baik mani itu keluar sebelum kencing atau sesudahnya, inilah Madzhab kami nas Imam Syafi'i dan disepakati pengikutnya, berpendapat pula Al Laits dan salah satu riwayat Imam Ahmad.

Berkata Imam Malik, Abu Yusuf, dan Ishaq bin Rahwaih: Tidak wajib mandi secara mutlak, itu juga riwayat yang masyhur dari Imam Ahmad, (pendapat seperti ini) diceritakan oleh Ibn Mundzir dari Ali bin Abi Tholib, Ibn Abbas, 'Atho', Az Zuhri dan selain mereka semoga Allah Meridhoi mereka. Berkata Imam Abu Hanifah : Apabila kencing Sebelum mandi kemudian keluar mani maka tidak usah mandi karena sisa mani sebab mandi dan jika tidak (yakni sebaliknya) wajib mandi yang kedua, ini pula riwayat ketiga dari Imam Ahmad. Dari Imam Abu Hanifah sebalik ini yaitu Apabila kencing belum mandi karena mani tidak syahwat dan jika tidak wajib mandi karena dari syahwat.

Dalil kami atas kesemuanya itu berdasarkan sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam 'Air dari air', dan tidak membedakan karena macam hadats membatalkan secara mutlak seperti kencing, persetubuhan dan hadats yang lain”.
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab II/140]

Walllahu A'lamu Bis Showaab

2. Batasan membasuh lubang² dari badan seperti lubang telinga, lubang hidung, lubang farji dan sebagainya ialah bagian yang Dzohir yakni nampak kasat mata sedangkan bagian bathin yakni bagian yang tidak nampak dengan kasat mata tidak wajib dibasuh kala mandi wajib.

) ثانيهما: (تعميم) ظاهر (بدن حتى) الاظفار وما تحتها، و (الشعر) ظاهرا وباطنا وإن كثف، وما ظهر من نحو منبت شعرة زالت قبل غسلها، وصماخ وفرج امرأة عند جلوسها على قدميها، وشقوق (وباطن جدري) انفتح رأسه لا باطن قرحة برئت وارتفع قشرها ولم يظهر شئ مما تحته.
[I'aanah Hamisy Fath al Mu'in I/91]

Walllahu A'lamu Bis Showaab

[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama