Pertanyaan:
Assalamu'alaikum...
Apakah bisa dihukumi najis pakaian yang terkena mani? . Sebab biasanya sebelum keluar mani(syahwat besar) di dahului keluar madzi dulu(syahwat kecil).utk kehati hatian
[Kang Khoirul]
Jawaban:
Walaikumsalam
Ketika mani bercampur madzi Seperti madzi keluar bersamaan dengan mani ketika menggebunya gejolak syahwat maka tetap berhukum najis tapi dima'fu (dimaafkan) khusus dalam masalah jima (senggama/setubuh). Umpamanya: Saat melakukan jima' istri basah (keluar madzi) dan madzinya bercampur dengan mani, maka ketika cairan itu terkumpul dan bersatu dengan mani laki-laki dan membuahi di rahim ini dima'fu sebab sudah dipastikan ketika terjadi pembuahan dan menghasilkan janin tidak ada janin itu najis, jadi dima'fu.
Berbeda halnya, jika mani bercampur madzi atau sebaliknya selain dalam hal jima' Seperti mengenai pakaian maka berhukum najis dan wajib dicuci cairan tersebut, sehingga bila dibawa shalat tidak sah karena pakaian tersebut ada najisnya.
Semoga saudara penanya dapat memahaminya, jika ada yang di musykilkan silahkan berikan tanggapan.
قَوْلُهُ بِحُرْمَةِ جِمَاعٍ مَنْ تَنَجَّسَ ذَكَرَهُ إلَخْ) أَيْ بِغَيْرِ الْمَذْيِ إمَّا بِهِ فَلَا يَحْرُمُ بَلْ يُعْفَى عَنْ ذَلِكَ فِي حَقِّهِ بِالنِّسْبَةِ لِلْجِمَاعِ خَاصَّةً؛ لِأَنَّ غَسْلَهُ يُفَتِّرُهُ وَقَدْ يَتَكَرَّرُ ذَلِكَ مِنْهُ فَيَشُقُّ عَلَيْهِ وَأَمَّا بِالنِّسْبَةِ لِغَيْرِ الْجِمَاعِ فَلَا يُعْفَى عَنْهُ فَلَوْ أَصَابَ ثَوْبَهُ شَيْءٌ مِنْ الْمَنِيِّ الْمُخْتَلِطِ بِهِ وَجَبَ غَسْلُهُ ثُمَّ مَا ذُكِرَ فِي الْمَذْيِ لَا فَرْقَ فِيهِ بَيْنَ مَنْ اُبْتُلِيَ بِهِ وَغَيْرِهِ فَكُلُّ مَنْ حَصَلَ لَهُ ذَلِكَ كَانَ حُكْمُهُ مَا ذُكِرَ وَإِنْ نَدَرَ خُرُوجُهُ وَقَضِيَّةُ قَوْلِ ابْنِ حَجٍّ وَغَيْرُ مَنْ يَعْلَمُ إلَخْ أَنَّ مَنْ اعْتَادَ عَدَمَ فُتُورِ الذَّكَرِ بِغُسْلِهِ وَإِنْ تَكَرَّرَ لَا يُعْفَى عَنْ الْمَذْيِ فِي حَقِّهِ ع ش.
(Ucapan Mushonnif {Syeikh Ibn Hajar Al Haitami} : Haram Jima orang yang pada kemaluannya ada najis) artinya selain madzi, sedangkan madzi maka tidak diharamkan bahkan dima'fu dari hal itu pada haknya untuk jima' secara khusus karena membasuhnya membuat layunya kemaluan (😂) dan sesungguhnya berulangnya maka memberatkan.
Adapun dengan dinisbatkan dengan selain jima' maka tidak dima'fu, karenanya jika pakaiannya mengenai mani yang bercampur dengan madzi wajib membasuhnya, kemudian apa yang disebut tentang madzi itu tidak ada perbedaan antara ia diuji dengannya dan selainnya...dst.
[Hasyiyah as Syarwani Ala At Tuhfah I/285]
Walllahu A'lamu Bis Showaab
[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]
Link Diskusi: