Pertanyaan:
Asalammualaikum saudara mukminwalmukminat
Saya mau tanya kalau seorang perempuan istigkhadoh apakah wajib sholat dan apakah boleh megang alquran serta membacanya
[Santri PpFr]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang dinamakan Istihadhoh adalah darah yang keluar dari kemaluan (farji) wanita yang bukan pada masa haid dan tidak pula dalam masa nifas, minimal ukuran Istihadhoh ini sehari semalam dan paling lama 15 hari & malam. Sebagaimana diketahui bahwa Istihadhoh bukanlah haid dan bukan nifas sehingga larangan orang haid dan nifas tidak berlaku bagi orang Istihadhoh bahkan Wanita yang menjalani masa-masa Istihadhoh dia berhukum suci meskipun tengah merembes darahnya, oleh sebab itu, Ketika wanita Istihadhoh berhukum suci maka konsekuensinya bagi dia tetap wajib melakukan rangkaian ibadah seperti shalat, puasa dan lain sebagainya, bahkan dalam shahih Bukhari dari riwayat Aisyah disebutkan riwayat Aisyah bahwa ketika Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam i'tikaf beri'tikaf pula sebagian istri-istrinya sedangkan diantara istrinya itu ada yang Istihadhoh; Riwayat ini beliau tulis dalam kitab Haid bab I'tikaf wanita yang Istihadhoh, atas dasar bab yang dibuat khusus oleh Imam Bukhari ini Imam Ibn Hajar Al Asqolani menyatakan boleh wanita Istihadhoh I'tikaf. Dari sini kita bisa mengambil pemahaman kalau wanita Istihadhoh dilarang melakukan rangkaian ibadah tentu I'tikaf Tidak boleh dilakukan wanita Istihadhoh terlebih I'tikaf itu hanya bisa dilakukan di masjid, padahal wanita haid dicegah masuk dan berdiam diri dalam masjid.
Oleh karena itu, Madzhab Syafi'i menetapkan bahwa wanita Istihadhoh itu berhukum suci sehingga segala hal yang menyangkut kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya seperti shalat wajib ia lakukan, bahkan boleh bagi wanita Istihadhoh sujud syukur, membaca Al Qur'an dan menyentuhnya yang tentunya sebagaimana ketentuan yang berlaku bagi orang pada umumnya yaitu berwudhu terlebih dahulu bagi ibadah yang disyaratkan harus dilakukan dalam keadaan suci dari hadats.
Hal ini bisa membantah pendapat sebagian orang yang beranggapan wanita Istihadhoh Tidak boleh melakukan rangkaian ibadah.
وحاصل ذلك أن الاستحاضة هي الدم الخارج في غير أوقات الحيض والنفاس، بأن خرج قبل تسع سنين أو بعدها، ونقص عن قدر يوم وليلة، وبأن زاد على خمسة عشر يوما بلياليها
“Dan Kesimpulan masalah Istihadhoh itu yaitu bahwa Istihadhoh adalah darah yang keluar (dari kemaluan wanita) selain waktu-waktu haid dan nifas seperti keluar sebelum berusia 9 tahun atau sesudahnya, sekurang-kurangnya masa Istihadhoh sehari semalam dan paling lama 15 dan malamnya”
[I'aanah at Tholibin I/90]
فرع)
يجوز وطئ الْمُسْتَحَاضَةِ فِي الزَّمَنِ الْمَحْكُومِ بِأَنَّهُ طُهْرٌ وَلَا كراهة في ذلك وإن كان الدم هذا مذهبنا ومذهب جمهور العلماء وقد سيقت الْمَسْأَلَةُ بِدَلَائِلِهَا فِي أَوَّلِ الْبَابِ وَلَهَا قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَإِذَا تَوَضَّأَتْ اسْتَبَاحَتْ مَسَّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلَهُ وَسُجُودَ التِّلَاوَةِ وَالشُّكْرِ وَعَلَيْهَا الصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَغَيْرُهُمَا مِنْ الْعِبَادَاتِ الَّتِي عَلَى الطَّاهِرِ وَلَا خِلَافَ في شئ مِنْ هَذَا عِنْدَنَا قَالَ أَصْحَابُنَا وَجَامِعُ الْقَوْلِ في المستحاضة انه لا يثبت لها شئ مِنْ أَحْكَامِ الْحَيْضِ بِلَا خِلَافٍ وَنَقَلَ ابْنُ جَرِيرٍ الْإِجْمَاعَ عَلَى أَنَّهَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَأَنَّ عَلَيْهَا جَمِيعَ الْفَرَائِضِ الَّتِي عَلَى الطَّاهِرِ وَرَوَى عن إبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ أَنَّهَا لَا تَمَسُّ مُصْحَفًا
“Cabang Bahasan
Diperbolehkan menyetubuhi wanita (istri) yang sedang Istihadhoh pada masa yang ia dihukumi suci (tidak haid dan nifas) dan tidak ada kemakruhan didalamnya meskipun masih berupa darah inilah Madzhab kami dan Madzhab Jumhur Ulama dan sudah terdahulu sebutannya dengan dalilnya pada awal bab, Wanita Istihadhoh juga (diperbolehkan) membaca Al Qur'an apabila dia berwudhu memperbolehkan menyentuh mushaf dan membawanya, sujud tilawah dan sujud syukur.
Wanita Istihadhoh juga melakukan shalat, puasa dan selain keduanya dari rangkaian ibadah yang berlaku dalam keadaan suci dan hal ini tidak ada khilaf dalam pandangan kami, berkata sahabat-sahabat kami: Sekumpulan pendapat tentang mustahadhoh tidak berhukum haid tanpa ada khilaf, Ibn Jarir telah menuqil Ijma' bahwa wanita Istihadhoh membaca Al Qur'an dan semua kewajiban yang ada dalam keadaan suci, diriwayatkan dari Ibrahim an Nakho'i bahwa wanita Istihadhoh Tidak diperkenankan menyentuh Mushaf dan dalil kami membaca Al Qur'an diqiyaskan dengan shalat, Wallahu A'lam”
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab II/543]
فَاعْلَمْ أَنَّ الْمُسْتَحَاضَةَ لَهَا حُكْمُ الطَّاهِرَاتِ فِي مُعْظَمِ الْأَحْكَامِ فَيَجُوزُ لِزَوْجِهَا وَطْؤُهَا فِي حَالِ جَرَيَانِ الدَّمِ عِنْدَنَا وعند جمهور العلماء... وأما الصلاة والصيام والاعتكاف وقرآة الْقُرْآنِ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَسُجُودُ التِّلَاوَةِ وَسُجُودُ الشُّكْرِ وَوُجُوبُ الْعِبَادَاتِ عَلَيْهَا فَهِيَ فِي كُلِّ ذَلِكَ كَالطَّاهِرَةِ وَهَذَا مُجْمَعٌ عَلَيْهِ
“Maka ketahuilah bahwa wanita Istihadhoh berhukum suci pada masalah hukum-hukum karenanya diperbolehkan bagi suaminya menyetubuhinya tatkala masih mengalirnya darah menurut kami dan menurut Mayoritas Ulama,.. Adapun shalat, puasa, I'tikaf, membaca Al Qur'an, menyentuh mushaf, membawanya, sujud tilawah, sujud syukur dan kewajiban ibadah maka semua itu seperti orang suci pada umumnya dan ini sudah disepakati”.
[Syarh Shahih Muslim Li an Nawawi IV/17]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
[Ismidar Abdurrahman As-Sanusi]
Link Diskusi: