0998. HUKUM MAKAN DAN MINUM DALAM KEADAAN JUNUB




Pertanyaan:
>> Anisa Nisa
Assallamuallaikum..wr.wb sebelumnya mohon maaf.pada teman2 semua sy mau nanya ..gimana hukumnya kalw kt habis melakukan hubungan suami istri belum junub kita makan..atw minum.terima ksih

Jawaban:
>> Nur Fuad As-Syaiban
Makruh

فرع يسن لجنب وحائض ونفساء بعد انقطاع دمهما غسل فرج ووضوء لنوم وأكل وشرب ويكره فعل شيء من ذلك بلا وضوء


[زين الدين المعبري، فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين، صفحة ٦٩]
"disunnahkan bagi orang junub dan haidl dan nifas setelah darahnya berhenti untuk membasuh farji dan wudlu untuk tidur, makan, minum, dimakruhkan tidur, makan, dan minum sebelum wudlu."

>> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Orang dalam keadaan junub boleh makan, minum dan tidur, hanya saja disunahkan baginya berwudhu ketika hendak melakukan itu semua berwudhu, bila tidak berwudhu lalu makan, minum, tidur, bersenggama atau mengulang senggama hukumnya makruh.

Catatan:
Kalau dalam keadaan junub lalu makan dan minum atau senggama tanpa wudhu tapi sudah membasuh kemaluannya maka tidak lagi dimakruhkan melakukan itu semua karena Kesunahan sudah ia peroleh dengan membasuh kemaluannya.

حَاصِلُ الْأَحَادِيثِ كُلِّهَا أَنَّهُ يَجُوزُ لِلْجُنُبِ أَنْ يَنَامَ وَيَأْكُلَ وَيَشْرَبَ وَيُجَامِعَ قَبْلَ الِاغْتِسَالِ وَهَذَا مُجْمَعٌ عَلَيْهِ وَأَجْمَعُوا عَلَى أن بدن الجنب وغرقه طَاهِرَانِ وَفِيهَا أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ أَنْ يَتَوَضَّأَ وَيَغْسِلَ فَرْجَهُ لِهَذِهِ الْأُمُورِ كُلِّهَا وَلَا سِيَّمَا إِذَا أَرَادَ جِمَاعَ مَنْ لَمْ يُجَامِعْهَا فَإِنَّهُ يَتَأَكَّدُ اسْتِحْبَابُ غَسْلِ ذَكَرِهِ وَقَدْ نَصَّ أَصْحَابُنَا أَنَّهُ يُكْرَهُ النَّوْمُ وَالْأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالْجِمَاعُ قَبْلَ الْوُضُوءِ وَهَذِهِ الْأَحَادِيثُ تَدُلُّ عَلَيْهِ وَلَا خِلَافَ عِنْدَنَا أَنَّ هَذَا الْوُضُوءَ لَيْسَ بِوَاجِبٍ
“Kesimpulan hadits-hadits semuanya bahwa boleh bagi orang junub tidur, makan, minum dan senggama sebelum mandi dan ini adalah sesuatu yang sudah disepakati. 
Para Ulama sudah sepakat bahwa badan dan keringat orang junub suci dan (hadits) menunjukkan kesunahan berwudhu dan membasuh kemaluannya ketika melakukan perkara tersebut terutama bila mau berhubungan intim bagi orang yang belum melakukannya sangat ditekankan membasuh kemaluannya, terdapat nas (keterangan) para sahabat kami (Ulama Syafi'iyah) makruh baginya tidur, makan, minum dan JIMA' sebelum wudhu dengan dalil hadits tersebut dan tidak ada perselisihan pendapat dikalangan kami bahwa wudhu ini sunah bukan wajib”
[Al Minhaaj Syarh Shahih Muslim III/217]

قَالَ أَصْحَابُنَا وَيُكْرَهُ لِلْجُنُبِ أَنْ يَنَامَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ وَيُسْتَحَبُّ إذَا أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أَوْ يَشْرَبَ أَوْ يَطَأَ مَنْ وَطِئَهَا أَوَّلًا أَوْ غَيْرَهَا أَنْ يَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ وَيَغْسِلَ فَرْجَهُ فِي كُلِّ هَذِهِ الْأَحْوَالِ
“Berkata Para pengikut as-Syafi'i "Dimakruhkan bagi orang junub tidak hingga ia wudhu dan disunahkan bila hendak makan atau minum atau menggauli istri yang ia gauli pertama atau lainnya menjalankan wudhu sebagaimana wudhu saat ia hendak shalat dan juga disunahkan membasuh kemaluannya"”
[Al_Majmuu' ala Syarh al_Muhadzdzab II/156]

قوله: ويكره فعل شئ من ذلك) أي من النوم والأكل والشرب.
وقوله: بلا وضوء ظاهره أنه يكره ذلك ولو مع غسل الفرج، وليس كذلك، بل يكفي غسل الفرج في حصول أصل السنة، كما في التحفة.
ونصها: ويحصل أصل السنة بغسل الفرج إن أراد نحو جماع أو نوم أو أكل أو شرب، وإلا كره.
“Ucapan Mushonnif: Dimakruhkan melakukan itu semua) artinya tidur, makan dan minum.
Ucapan Mushonnif: Tanpa berwudhu, secara dzohir hal itu dimakruhkan walaupun bersamaan membasuh kemaluan dan bukanlah seperti itu, tetapi cukup membasuh kemaluan dihasilkan asal kesunahan seperti keterangan dalam kitab Tuhfah.
Redaksinya: Dihasilkan asal kesunahan dengan membasuh kemaluan bila hendak melakukan semisal senggama, tidur, makan atau minum, bila tidak dilakukan dimakruhkan”
[I'aanah at Tholibin I/96]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama