1044. KETIKA ISTRI MENINGGAL SEBELUM TERLUNASI MAHARNYA




Pertanyaan:
Assalamu'alaikum 

Mahar itu dihutang atau dicicil hukumnya boleh 😊🙏
Pertanyaanya? 

_Bagaimana seandainya suami dlm mencicil mahar itu belum lunas sang istri lebih dulu meninggal dunia 😊🙏,,_Apakah mahar yg belum Lunas itu tetap harus dibayar? 

Mohon pencerahanya 😊🙏🙏
[Tirta Wening]

Jawaban:
Walaikumussalam

Ketika salah seorang suami istri meninggal atau umumnya istri sebagaimana tertera pada post diatas, dimana ada mahar (mas kawin) yang belum lunas maka mahar tersebut tetap wajib dilunaskan, oleh sebab mahar adalah hak istri maka mahar yang belum lunas itu dibagikan kepada ahli waris atau ahlinya, walaupun meninggalnya istri sebelum sempat suami mencicipinya (😋) dikarenakan dengan terjadi kematian maka selesainya pernikahan maka mahar yang belum lunas maka tetap wajib diserahkan. Ketentuan ini mengesampingkan dengan seorang tuan yang membunuh istrinya yang merupakan seorang hamba maka maharnya menjadi gugur (tidak wajib lagi diserahkan) menurut pendapat yang dijadikan Madzhab dalam Madzhab Syafi'i.

يسْتَقرّ بِمَوْت أحد الزَّوْجَيْنِ وَلَو قبل الدُّخُول لِأَن بِالْمَوْتِ انْتهى العقد فَكَانَ كاستيفاء الْمَعْقُود عَلَيْهِ كالاجارة وَيسْتَثْنى من الْمَوْت مَا إِذا قتل السَّيِّد أمته الْمُزَوجَة فَإِنَّهُ يسْقط مهرهَا على الْمَذْهَب
“(Mahar) menjadi tetap (wajib diserahkan) dengan meninggalnya salah seorang suami istri walaupun sebelum dukhul (persetubuhan) karena dengan terjadinya kematian selesainya akad maka seperti berakhirnya akad seperti ijarah dan dikecualikan dari kematian apabila seorang tuan membunuh hambanya yang ia jadikan istri maka gugur maharnya berdasarkan pendapat yang dijadikan Madzhab”
[Kifaayah al Akhyaar Halaman 371]

وَ) يَسْتَقِرُّ الْمَهْرُ أَيْضًا (بِمَوْتِ أَحَدِهِمَا) قَبْلَ الْوَطْءِ فِي النِّكَاحِ الصَّحِيحِ لِإِجْمَاعِ الصَّحَابَةِ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ -، وَلِأَنَّهُ لَا يَبْطُلُ بِهِ النِّكَاحُ بِدَلِيلِ التَّوَارُثِ وَإِنَّمَا هُوَ نِهَايَةٌ لَهُ، وَنِهَايَةُ الْعَقْدِ كَاسْتِيفَاءِ الْمَعْقُودِ عَلَيْهِ بِدَلِيلِ الْإِجَارَةِ.
“Dan mahar menjadi tetap (wajib diserahkan) juga dengan meninggal salah seorang (suami istri) sebelum persetubuhan pada pernikahan yang sah berdasarkan Ijma' para sahabat - Semoga Allah meridhoi mereka -, dan karenanya tidak membatalkan nikah dengan dalil mewarisi dan sesungguhnya ia merupakan batasan (dari pernikahan) dan batasan akad seperti berakhirnya akad dengan dalil Ijarah”
[Mughni al Muhtaaj I/374]

ويتقرر كله) أي كل الصداق (بموت) لاحدهما، ولو قبل الوطئ، لاجماع الصحابة على ذلك
قوله: ويتقرر كله الخ)
المراد بالتقرر الأمن من سقوطه كله بالفسخ أو شطره بالطلاق، لا وجوبه، لأنه يجب بالعقد (قوله: ويموت) أي في نكاح صحيح لا فاسد، فلا يستقر المهر بالموت فيه.
وقد يسقط المهر بالموت، كما لو قتلت أمة نفسها أو قتلها سيدها.
ومثل الموت مسخ أحدهما حجرا كله أو نصفه الأعلى (قوله: ولو قبل الوطئ) تفيد الغاية أنه إذا وطئ ثم مات تقرر المهر بالموت وليس كذلك، بل يتقرر بالوطئ.
وفي التحفة والنهاية وشرح المنهج إسقاطها، وهو المتعين، (قوله: لإجماع الصحابة على ذلك) أي على تقرره كله بالموت: أي ولبقاء آثار النكاح بعده من الوارث وغيره
[I'aanah at Tholibin III/400]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama