Pertanyaan:
Assalamu'alaikum
Kalau misalkan sahib jabair (org yg memakai purban) pada aggota dgn sebab luka atau lainnya itu ketika berwudhu' harus menggantikan dgn tayammun untuk menyempurnakan bagian yg tdk boleh terkena air (yg tertutup purban)
Pertanyaanya apakah dgn wudhu' yg demikian boleh untuk mengerjakan beberapa sholat fardhu misalkan magrib terus insya atau harus dgn wudhu' yg baru, atau pun boleh hanya dgn tayamum saja sebagai penyempurnaan wudhu' yg ada.
sekian moga paham dgn pertanyaan saya
[Karmudin]
Jawaban:
Walaikumussalam
Orang yang terdapat luka lalu diperban maka ketika bersuci wajib dilakukan wudhu dan bila takut membuka perban maka anggota sehat wudhu dan anggota sakit tayammum. Tidak bisa hanya wudhu saja, demikian pula tidak bisa hanya tayammum saja. Sedangkan apabila sudah berwudhu dan tayammum maka wudhu tersebut bisa dilakukan untuk beberapa shalat, sedangkan tayammum hanya bisa dilakukan untuk satu kali shalat fardhu saja, ketika masuk shalat fardhu yang lain harus tayammum lagi, tapi tidak perlu wudhu lagi. Kemudian ketika pemasangan perban dalam keadaan suci setelah pelaksanaan bersuci dan shalat tidak perlu mengulangi shalat, beda halnya ketika pemasangan perban itu tidak dalam keadaan suci (tempatnya) dan ketika bersuci takut melepaskan perban maka wajib mengulangi shalatnya.
Wallahu A'lamu Bis Showaab
Maraji' :
كفاية الأخيار الصحفة ٦٣
وَاعْلَم أَن الْجراحَة قد تحْتَاج إِلَى أَن تلزق عَلَيْهَا خرقَة أَو قطناً أَو نَحْوهمَا فلهَا حكم الْجَبِيرَة فِي كل مَا سبق وَقد لَا تحْتَاج إِلَى وضع لزقة فَيجب غسل الصَّحِيح وَالتَّيَمُّم عَن الجريح وَلَا يجب مسح الجريح بِالْمَاءِ وَلَا يجب عَلَيْهِ وضع اللزقة والجبيرة لأجل أَن يمسح على مَا قَالَه الْجُمْهُور وَهُوَ الصَّحِيح ثمَّ إِذا غسل الصَّحِيح وَتيَمّم لكسر أَو جرح مَعَ الْمسْح على حَائِل أَو دونه وَصلى فَرِيضَة ثمَّ حضرت فَرِيضَة أُخْرَى لم يجب إِعَادَة الْغسْل إِن كَانَ جنبا وَلَا إِعَادَة الْوضُوء إِن كَانَ مُحدثا على الصَّحِيح وَلَيْسَ على الْجنب إِلَّا التَّيَمُّم وَفِي الْمُحدث وَجْهَان أصَحهمَا عِنْد الرَّافِعِيّ أَنه يجب عَلَيْهِ أَن يغسل مَا بعد العليل لأجل التَّرْتِيب لِأَنَّهُ إِذْ بطلت الطَّهَارَة فِي العليل بَطل مَا بعده وأصحهما عِنْد النَّوَوِيّ أَنه يجب إِلَّا التَّيَمُّم فَقَط كالجنب لِأَن التَّيَمُّم طَهَارَة مُسْتَقلَّة فِي الْجُمْلَة فَلَا يلْزم من ارْتِفَاع حكمهَا بطلَان طَهَارَة أُخْرَى وَقَوله وَلَا إِعَادَة عَلَيْهِ إِن وَضعهَا على طهر مَفْهُومه أَنه إِذا وَضعهَا على غير طهر أَنه يُعِيد وَهُوَ كَذَلِك على الصَّحِيح الْمَنْصُوص لِأَنَّهُ عذر نَادِر وَلَا يفعل غَالِبا وَالله أعلم
(Dijawab oleh : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Link Diskusi: