1059. HUKUM TELPONAN DENGAN NON MAHRAM




Pertanyaan:
Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh 

Boleh apa tidak menerima tlp/angkat tlp,dari lawan jenis.. kebetulan lawan jenis ini ada rasa suka sama kita.

Ngobrol santai aja...
Terima kasih atas jawabannya
[Aguswahdiyanto Suaminya Kholifah]

Jawaban:
Walaikumussalam

Kayaknya seru nih, ikut nimbrung geh 😁

Pada dasarnya komunikasi lewat telpon sama halnya komunikasi lewat berhadapan karenanya betelponan dan sms-an antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram yakni non mahram tidak boleh jikalau lawan komunikasi itu masih gadis sebab akan menimbulkan fitnah yang berupa awal dampak yang buruk, meskipun realitanya hanya ngobrol biasa tapi karena akan menimbulkan dampak dari fitnah tersebut maka tidak diperbolehkan. Akan tetapi dikecualikan kalau ada hajat maka diperbolehkan. Lain halnya kalau lawan bicaranya orang yang sudah tua maka diperbolehkan sebagaimana diperbolehkan berulul salam padanya karena tipis kemungkinan terjadinya syahwat dan fitnah.

Dengan demikian be-telpon-an dan sms-an antara lawan jenis tidak diperbolehkan kecuali:
• Ada hajat seperti dalam rangka kerjaan, jual beli dan semacamnya. Menurut saya termasuk pula bertanya masalah ilmu syar'i.

• Lawan bicaranya orang yang sudah tua dengan diqiyaskan dengan salam.

Karenanya, kalau hanya ngobrol biasa tanpa ada hajat atau keperluan maka tidak diperbolehkan.

الْكَلاَمُ مَعَ الْمَرْأَةِ الأَْجْنَبِيَّةِ:
27 - ذَهَبَ الْفُقَهَاءُ إِلَى أَنَّهُ لاَ يَجُوزُ التَّكَلُّمُ مَعَ الشَّابَّةِ الأَْجْنَبِيَّةِ بِلاَ حَاجَةٍ لأَِنَّهُ مَظِنَّةُ الْفِتْنَةِ، وَقَالُوا إِنَّ الْمَرْأَةَ الأَْجْنَبِيَّةَ إِذَا سَلَّمَتْ عَلَى الرَّجُل إِنْ كَانَتْ عَجُوزًا رَدَّ الرَّجُل عَلَيْهَا لَفْظًا أَمَّا إِنْ كَانَتْ شَابَّةً يُخْشَى الاِفْتِتَانُ بِهَا أَوْ يُخْشَى افْتِتَانُهَا هِيَ بِمَنْ سَلَّمَ عَلَيْهَا فَالسَّلاَمُ عَلَيْهَا وَجَوَابُ السَّلاَمِ مِنْهَا حُكْمُهُ الْكَرَاهَةُ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ، وَذَكَرَ الْحَنَفِيَّةُ أَنَّ الرَّجُل يَرُدُّ عَلَى سَلاَمِ الْمَرْأَةِ فِي نَفْسِهِ إِنْ سَلَّمَتْ عَلَيْهِ وَتَرُدُّ هِيَ فِي نَفْسِهَا إِنْ سَلَّمَ عَلَيْهَا، وَصَرَّحَ الشَّافِعِيَّةُ بِحُرْمَةِ رَدِّهَا عَلَيْهِ (1) .
__________
(1) بريقة محمودية في شرح طريقة محمدية 4 / 1577، وحاشية ابن عابدين 1 / 272، 5 / 233، والفواكه الدواني 2 / 224، وشرح الزرقاني 3 / 110، وروضة الطالبين 10 / 229، والمغني 6 / 558 - 560
BERBICARA BERSAMA WANITA NON MAHRAM

Ulama Ahli Fiqih menilai akan ketidak bolehan berbicara dengan wanita yang masih muda (gadis/cantik) tanpa ada hajat (keperluan) karena diduga terjadi fitnah; mereka berkata "Apabila wanita non mahram beruluk salam kepada laki-laki maka bila dia sudah tua maka dijawab dengan lafadz, sedangkan bila dia itu masih muda jika takut terjadi fitnah maka menjawabnya dimakruhkan menurut Malikiyyah, Syafi'iyah dan Hanabilah, sedangkan kalangan Hanafiyah memperkenankan beruluk salam padanya atau darinya bila dia sendiri, adapun kalangan Syafi'iyah mengharamkan dia menjawabnya".
[Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah XXXV/122]

السَّادِسُ وَالْخَمْسُونَ التَّكَلُّمُ مَعَ الشَّابَّةِ الْأَجْنَبِيَّةِ فَإِنَّهُ لَا يَجُوزُ بِلَا حَاجَةٍ) لِأَنَّهُ مَظِنَّةُ الْفِتْنَةِ فَإِنْ بِحَاجَةٍ كَالشَّهَادَةِ وَالتَّبَايُعِ وَالتَّبْلِيغِ فَيَجُوزُ (حَتَّى لَا يُشَمِّتَ) الْعَاطِسَةَ (وَلَا يُسَلِّمَ عَلَيْهَا وَلَا يَرُدَّ سَلَامَهَا جَهْرًا بَلْ فِي نَفْسِهِ) إذَا سَلَّمَتْ عَلَيْهِ (وَكَذَا الْعَكْسُ) أَيْ لَا تُشَمِّتُهُ الشَّابَّةُ الْأَجْنَبِيَّةُ إذَا عَطَسَ قَالَ فِي الْخُلَاصَةِ أَمَّا الْعُطَاسُ امْرَأَةٌ عَطَسَتْ إنْ كَانَتْ عَجُوزًا يَرُدُّ عَلَيْهَا وَإِنْ كَانَتْ شَابَّةً يَرُدُّ عَلَيْهَا فِي نَفْسِهِ وَهَذَا كَالسَّلَامِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ الْأَجْنَبِيَّةَ إذَا سَلَّمَتْ عَلَى الرَّجُلِ إنْ كَانَتْ عَجُوزًا رَدَّ الرَّجُلُ عَلَيْهَا السَّلَامَ بِلِسَانِهِ بِصَوْتٍ يُسْمَعُ وَإِنْ كَانَتْ شَابَّةً رَدَّ عَلَيْهَا فِي نَفْسِهِ وَكَذَا الرَّجُلُ إذَا سَلَّمَ عَلَى امْرَأَةٍ أَجْنَبِيَّةٍ فَالْجَوَابُ فِيهِ يَكُونُ عَلَى الْعَكْسِ (لِقَوْلِهِ - صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ) أَيْ يُكْتَبُ بِهِ إثْمٌ كَإِثْمِ الزَّانِي كَمَا فِي حَدِيثِ الْعَيْنَانِ تَزْنِيَانِ وَالْيَدَانِ تَزْنِيَانِ وَالرِّجْلَانِ تَزْنِيَانِ وَالْفَرْجُ يَزْنِي وَمَا فِي الْقُنْيَةِ يَجُوزُ الْكَلَامُ الْمُبَاحُ مَعَ الْمَرْأَةِ الْأَجْنَبِيَّةِ فَمَحْمُولٌ عَلَى الضَّرُورَةِ أَوْ أَمْنِ الشَّهْوَةِ أَوْ الْعَجُوزِ الَّتِي يَنْقَطِعُ الْمَيْلُ عَنْهَا
[Al Bariiqoh al Mahmuudiyyah IV/7]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Artikel terkait:

Komentari

Lebih baru Lebih lama