Sumber gambar: telisik.id
Pertanyaan:
Assalamualaikum ustadz..
Saya mau puasa sunnah syawal tp masih punya utang qodo..
Gimana ya,boleh apa bayar utang qodo dlu apa disatuin gtu tad sama yg sunnah jd niat puasa syawal itu di satuin samaa qodo itu bisa ngga ya..?
[Teh Leaa]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang lebih baik dan sesuai sunah bagi orang yang ada tanggungan qodho puasa Ramadhan hendaknya mengqodho' dulu puasa Ramadhan, terlebih bagi orang yang meninggalkan puasa Ramadhan tanpa udzur karena wajib mengqodho' puasa dengan segera. Bahkan sebagian Ulama memakruhkan puasa sunah sementara ada tanggungan qodho puasa. Atas dasar ini, maka lebih utama mengerjakan qodho puasa dulu baru setelah itu mengerjakan puasa sunah Syawal. Sedangkan apabila qodho puasa dibulan Syawal dibarengi dengan puasa sunah Syawal maka terjadi perselisihan pendapat dikalangan Ulama, Namun pendapat yang ditetapkan Imam Ibn Hajar Al Haitami dan Imam Romli diperbolehkan bahkan disunnahkan bahkan mendapat pahala keduanya, yang memutuskan tidak sah adalah Abu Makhramah. Namun, bagi orang yang mau pahala dobel tidak masalah mengikuti pendapat dua Ulama tersebut sebab keduanya merupakan Ulama yang menjadi panutan Ulama Syafi'iyah belakangan.
مسألة: ك): ظاهر حديث: «وأتبعه ستاً من شوّال» وغيره من الأحاديث عدم حصول الست إذا نواها مع قضاء رمضان، لكن صرح ابن حجر بحصول أصل الثواب لإكماله إذا نواها كغيرها من عرفة وعاشوراء، بل رجح (م ر) حصول أصل ثواب سائر التطوعات مع الفرض وإن لم ينوها، ما لم يصرفه عنها صارف، كأن قضى رمضان في شوّال، وقصد قضاء الست من ذي القعدة، ويسنّ صوم الست وإن أفطر رمضان اهـ. قلت: واعتمد أبو مخرمة تبعاً للسمهودي عدم حصول واحد منهما إذا نواهما معاً، كما لو نوى الظهر وسنتها، بل رجح أبو مخرمة عدم صحة صوم الست لمن عليه قضاء رمضان مطلقاً.
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).
Bila melihat zhahirnya hadits seolah memberi pengertian tidak terjadinya kesunahan 6 hari bulan syawal saat ia niati bersamaan dengan qadha ramadhan namun Ibn Hajar menjelaskan mendapatkan kesunahan dan pahalanya bila ia niati sama seperti puasa-puasa sunah lainnya seperti puasa hari arafah dan asyura bahkan Imam Romli mengunggulkan pendapat terjadinya pahala ibadah-ibadah sunah lainnya yang dilakukan bersamaan ibadah fardhu meskipun tidak ia niati selama tidak terbelokkan arah ibadahnya seperti ia niat puasa qadha ramadhan dibulan syawal dan ia niati sekalian puasa qadha 6 hari dibulan dzil hijjah (maka tidak ia dapati kesunahan puasa syawalnya).
Disunahkan menjalankan puasa 6 hari dibulan syawal meskipun ia memiliki tanggungan qadha karena ia menjalani berbuka puasa dibulan ramadhannya. Abu Makhromah dengan mengikuti pendapat al-Mashudi berkeyakinan tidak dapatnya pahala keduanya bila ia niati keduanya bersamaan seperti saat ia niat shalat dhuhur dan shalat sunah dhuhur bahkan Abu Makhromah menyatakan tidak sahnya puasa 6 hari bulan syawal bagi yang memiliki tanggungan Qadha puasa ramadhan secara muthlak.
[Bughyah al Mustarsyidiin Halaman 113]
وَسُئِلْت عَنْ قَوْلِ الدَّمِيرِيِّ بَعْدَ قَوْلِ النَّوَوِيِّ وَسِتَّةٌ مِنْ شَوَّالٍ يَبْقَى النَّظَرُ فِي مَنْ أَفْطَرَ جَمِيعَ رَمَضَانَ أَوْ بَعْضَهُ وَقَضَاهُ هَلْ يَتَأَتَّى لَهُ تَدَارُكُ ذَلِكَ أَمْ لَا وَمَا الْمُعْتَمَدُ فَأُجِيبَ بِأَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لَهُ بَعْدَ قَضَاءِ مَا فَاتَهُ مِنْ رَمَضَانَ أَنْ يَصُومَ سِتَّةَ أَيَّامٍ؛ لِأَنَّهُ يُسْتَحَبُّ قَضَاءُ الصَّوْمِ الرَّاتِبِ اهـ. رَمْلِيٌّ كَبِير وَفِي حَجّ أَيْضًا التَّصْرِيحُ بِأَنَّ الصَّوْمَ الرَّاتِبَ يُسَنُّ قَضَاؤُهُ. اهـ. شَوْبَرِيٌّ
(Imam Romli) ditanya tentang perkataan Damiri sesudah perkataan Imam Nawawi: Puasa enam hari bulan Syawal tentang orang yang tidak puasa pada seluruh bulan Ramadhan atau sebagiannya dan mengqodho'nya apakah mengakibatkan mendapati itu atau tidak dan apa pendapat yang Mu'tamad?
Beliau menjawab: Dianjurkan baginya sesudah mengqodho' puasa Ramadhan yang terlewat lalu puasa 6 hari bulan Syawal; karena dianjurkan mengqodho' puasa dengan tertib, demikian keterangan Romli Kabiir, Imam Ibn Hajar juga menjelaskan puasa secara tertib sunah mengqodho'nya, ini diterangkan Syeikh Syaubariy.
[Hasyiyah al Jamal Ala Syarh al Manhaj II/350]
وَلَوْ صَامَ فِي شَوَّالٍ قَضَاءً أَوْ نَذْرًا أَوْ غَيْرَهُمَا أَوْ فِي نَحْوِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ تَطَوُّعِهَا كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - تَبَعًا لِلْبَارِزِيِّ وَالْأَصْفُونِيِّ وَالنَّاشِرِيِّ وَالْفَقِيهِ عَلِيِّ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيِّ وَغَيْرِهِمْ، لَكِنْ لَا يَحْصُلُ لَهُ الثَّوَابُ الْكَامِلُ الْمُرَتَّبُ عَلَى الْمَطْلُوبِ لَا سِيَّمَا مَنْ فَاتَهُ رَمَضَانُ وَصَامَ عَنْهُ شَوَّالًا لِأَنَّهُ لَمْ يَصْدُقْ عَلَيْهِ الْمَعْنَى الْمُتَقَدِّمُ
Apabila berpuasa Syawal sebagai qodho, Nadzar atau selain keduanya atau pada semacam hari Asyura memperoleh pahala sunahnya sebagaimana difatwakan Al Walid Rahimahullah Taala mengikuti pendapat Syeikh Al Bariziy, Al Ashfuuniy, An Naasyiiriy, Al Faqih Ali bin Sholeh Al Hadhromiy dan selain mereka, tetapi tidak mendapatkan pahala yang sempurna yang urut bagi yang diperintahkan terutama sekali bagi orang yang terlewat puasa Ramadhan dan puasa pada bulan Syawal tidak membenarkan makna terdahulu.
[Nihaayah al Muhtaaj III/209]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Link Diskusi:
Artikel terkait: