1348. HUKUM MELEPAS SANDAL DIAREA PEMAKAMAN





Pertanyaan:
Apakah hukumnya memakai sandal saat sedang ziarah kubur?karena istri saya pernah ditegur suruh lepas sandal sama bulik nya.tapi dia tidak bisa menjelaskan alasan nya,mohon penjelasan para ustadz ustadzah🙏🙏🙏
[Abdelhakeem Bou]

Jawaban:
Tidak ada larangan berjalan diarea pemakaman memakai sandal dan umumnya alas kaki. Ini dengan syarat sandalnya tidak terkena najis yang basah, bila ini terjadi hukumnya haram karena menajiskan, tapi kalau najis yang mengenai sandal kering tidak sampai haram, hanya saja dihukumi Makruh. Kemungkinan inilah alasan sebagian orang yang melarang memakai sandal diarea pemakaman takut menajiskan area pemakaman dari alasan syar'i. Tapi mungkin saja ada alasan lain diluar alasan syar'i. Namun demikian, selagi sandalnya tidak ada najis tidak dilarang.

ولا كراهة في المشي على القبور بالنعل ما لم تكن متنجسة بنجاسة رطبة فيحرم، ويكره باليابسة
“Dan tidak dimakruhkan berjalan diarea pemakaman memakai sandal selagi sandalnya tidak menajiskan dengan najis yang basah maka diharamkan dan Makruh bila najisnya kering”
[Busyrol Kariim Halaman 473]

عِبَارَةُ الْمُغْنِي ... وَلَا يُكْرَهُ الْمَشْيُ بَيْنَ الْمَقَابِرِ بِالنَّعْلِ عَلَى الْمَشْهُورِ اهـ ... قَالَ ع ش ... وَقَوْلُهُ م ر وَلَا يُكْرَهُ الْمَشْيُ بَيْنَ الْمَقَابِرِ بِالنَّعْلِ أَيْ مَا لَمْ يَكُنْ مُتَنَجِّسًا بِنَجَاسَةٍ رَطْبَةٍ فَيَحْرُمُ إنْ مَشَى بِهِ عَلَى الْقَبْرِ أَمَّا غَيْرُ الرَّطْبَةِ فَلَا
“Redaksi kitab Al Mughni : Tidak makruh berjalan diarea pemakaman memakai sandal menurut pendapat yang masyhur, selesai. Ali Syibramusilsy berkata : 'Perkataan imam Romli : Tidak Makruh berjalan diarea pemakaman memakai sandal' artinya selagi tidak menajiskan (sandalnya) dengan najis basah maka diharamkan berjalan diarea pemakaman dengannya, sedangkan selain yang basah tidak”
[Hawaasyi as Syarwani Ala at Tuhfah III/175]

وخرج بقوله عليه الوطئ: على ما بين المقابر - ولو بالنعل - فلا يكره.
كما نص عليه في المغنى وعبارته: ولا يكره المشي بين المقابر بالنعل على المشهور، ولقوله - صلى الله عليه وسلم -: إنه يسمع خفق نعالهم.
وما ورد من الأمر بإلقاء السبتيتين في أبي داود والنسائي بإسناد حسن، يحتمل أن يكون لأنه من لباس المترفهين، أو أنه كان فيهما نجاسة.
والنعال السبتية - بكسر السين - المدبوغة بالقرط.
اه.
[I'aanah at Thoolibiin II/128]

NB:

Tidak hanya disebabkan sandal najis, andaikan berjalan dengan tanpa alas kaki pada tanah galian makam dalam keadaan basah juga haram karena menajiskan.

وَلَا يُكْرَهُ الْمَشْيُ فِي الْمَقْبَرَةِ وَلَوْ بِالنَّعْلِ إلَّا فِي مَنْبُوشَةٍ رَطْبَةٍ فَيَحْرُمُ مِنْ غَيْرِ نَعْلٍ لِلتَّنْجِيسِ
“Dan tidak dimakruhkan berjalan diarea pemakaman walaupun dengan sandal kecuali berjalan pada tanah galian dalam keadaan basah maka diharamkan tanpa sandal karena menajiskan”
[Hasyiyah Al Bujairomi ala al Khothiib II/303]

قَوْلُهُ: (وَلَا يُوطَأُ) خَرَجَ بِهِ الْمَشْيُ بَيْنَ الْقُبُورِ وَلَوْ بِالنَّعْلِ وَبِلَا حَاجَةٍ، فَلَا يُكْرَهُ. نَعَمْ يَحْرُمُ إنْ حَصَلَ تَنْجِيسٌ كَمَنْبُوشَةٍ مَعَ الْمَشْيِ حَافِيًا مَعَ رُطُوبَةِ أَحَدِ الْجَانِبَيْنِ
[Hasyiyah Al Qulyubi I/400]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama