1349. HUKUM KENCING BERDIRI



Pertanyaan:
Hukum kencing sambil berdiri
[Ibda Binafsi]

Jawaban:
Hukum kencing berdiri dalam Madzhab Syafi'i hukumnya makruh kecuali ada udzur seperti tidak bisa kencing dengan duduk dan ada unsur pengobatan. Sebab dalam kitab Ihyaa' imam Ghazali menyebutkan bahwa para ahli medis mengungkapkan bahwa kencing berdiri pada kamar mandi lebih baik daripada minum obat. Memang ada hadits yang menyebutkan Nabi pernah kencing berdiri, tetapi Kalangan syafiyyah menjawab hadits tersebut dengan jawaban:
• Nabi melakukan itu karena beliau lagi sakit dan tidak memungkinkan untuk duduk 

• Nabi melakukan itu untuk tujuan pengobatan untuk memulihkan penyakit tulangnya yang mengikuti tradisi orang Arab kencing berdiri bisa memulihkan sakit tulang.

• Nabi tidak memungkinkan kencing dengan duduk karena tempat beliau kencing ada najisnya. Atas dasar ini, bila kencing berdiri lebih selamat dari percikan kencing sebagaimana berlaku apalagi pada tempat semacam toilet dari keramik yang mudah sekali terkena percikan air kencing maka lebih utama kencing dengan berdiri ketimbang duduk. Bila tidak demikian makruh hukumnya kencing berdiri. Wallahu A'lam

Ibarot:

حاشية البجيرمي على الخطيب ١٩٦/١
وَلَا يَبُولُ قَائِمًا لِخَبَرِ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ بِإِسْنَادٍ جَيِّدٍ أَنَّ عَائِشَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا - قَالَتْ: " مَنْ حَدَّثَكُمْ أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ يَبُولُ قَائِمًا فَلَا تُصَدِّقُوهُ " أَيْ يُكْرَهُ لَهُ ذَلِكَ إلَّا لِعُذْرٍ فَلَا يُكْرَهُ وَلَا خِلَافَ الْأَوْلَى، وَفِي الْإِحْيَاءِ عَنْ الْأَطِبَّاءِ أَنَّ بَوْلَةً فِي الْحَمَّامِ فِي الشِّتَاءِ قَائِمًا خَيْرٌ مِنْ شَرْبَةِ دَوَاءٍ 
....
وَعِبَارَةُ بَعْضِهِمْ: وَيُكْرَهُ أَنْ يَبُولَ قَائِمًا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ لِمَا رُوِيَ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: مَا بُلْت قَائِمًا مُنْذُ أَسْلَمْت, وَلا يُكْرَهُ ذَلِكَ لِلْعُذْرِ لِمَا رَوَى [النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى سُبَاطَةَ قَوْمٍ فَبَالَ قَائِمًا لِعُذْرٍ] , وَقَدْ رُوِيَ مِنْ وَجْهٍ غَيْرِ قَوِيٍّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: [أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَالَ قَائِمًا مِنْ جُرْحٍ كَانَ بِمَأْبَضِهِ] بِهَمْزَةٍ سَاكِنَةٍ وَبَعْدَهَا بَاءٌ مُوَحَّدَةٌ مَفْتُوحَةٌ ثُمَّ ضَادٌ مُعْجَمَةٌ مَكْسُورَةٌ وَهُوَ بَاطِنُ الرُّكْبَةِ. وَفِي الْحَدِيثِ ثَلاثَةٌ أَوْجُهٍ: أَحَدُهَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَهُ لِمَرَضٍ مَنَعَهُ مِنْ الْقُعُودِ. وَالثَّانِي: أَنَّهُ اسْتَشْفَى بِذَلِكَ مِنْ مَرَضٍ وَهُوَ وَجَعُ الصُّلْبِ جَرْيًا عَلَى عَادَةِ الْعَرَبِ كَمَا قَالَهُ الشَّافِعِيُّ, وَالْعَرَبُ تَسْتَشْفِي بِالْبَوْلِ قِيَامًا. وَالثَّالِثُ: أَنَّهُ لَمْ يَتَمَكَّنُ مِنْ الْقُعُودِ فِي ذَلِكَ الْمَكَانِ لِكَثْرَةِ النَّجَاسَةِ, فَكَأَنَّهُ بَالَ قَائِمًا مِنْ عُلُوٍّ إلَى أَسْفَلَ

(Dijawab oleh : Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:






Komentari

Lebih baru Lebih lama