1355. WAKTU PELAKSANAAN WALIMAH





Pertanyaan:
Assalamu alaikum ustad!..
Tlg ksh pnjlasan bulan apa saja yg bgus utk walimah,, dan adakh bulan larangan nyaq...
[Addinulana]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada ketentuan secara explisit tentang bulan apalagi hari yang bagus untuk mengadakan walimah (jamuan makan), khususnya pesta pernikahan. Sedangkan adanya ketentuan itu hanyalah merupakan adat dan kepercayaan daerah setempat, dan tidak pula dikaitkan larangan waktu tertentu. Adapun dalam ranah fiqih Syafi'iyah tidak disebutkan secara jelas tentang waktu pelaksanaan mengadakan walimah pernikahan. Namun beberapa ulama Syafi'iyah menyebutkan waktu yang afdhol untuk mengadakan walimah pernikahan adalah setelah akad nikah dan sesudah kikuk-kikuk, meskipun boleh dilaksanakan sebelum kikuk-kikuk atau sebelum akad nikah. namun, itu menyalahi waktu yang afdhol. Tetapi bila dilakukan sebelum akad nikah tidak wajib memenuhi undangan itu. Meskipun demikian, menurut sebagian pendapat bila dilakukan sebelum akad nikah bukan dinamakan Walimatul 'Urs. Karena inilah kebanyakan Ulama Syafi'iyah menyebutkan masuk waktu mengadakan walimah pernikahan setelah akad nikah dan waktunya terus memanjang sebagaimana aqiqah. Walimah tidak berakhir waktu kesunahannya meskipun sudah melewati beberapa masa, tidak juga sebab, thalak, Kematian dan sebagainya. Inilah waktu pelaksanaan walimah pernikahan. Adapun adat setempat yang berpedoman pada perhitungan bintang dan sebagainya yang menentukan waktu walimah pernikahan atau akad pernikahan dengan perhitungan lewat tanggal bulan sekian itu merupakan adat dan jangan terlalu dipercaya tapi boleh diikuti asal tidak bertentangan dengan syariat Islam.

(تَتِمَّةٌ)
لَمْ يَتَعَرَّضْ الْفُقَهَاءُ لِوَقْتِ وَلِيمَةِ الْعُرْسِ وَالصَّوَابُ أَنَّهَا بَعْدَ الدُّخُولِ قَالَ الشَّيْخُ وَهِيَ جَائِزَةٌ قَبْلَهُ وَبَعْدَهُ وَوَقْتُهَا مُوَسَّعٌ مِنْ حِينِ الْعَقْدِ كَمَا صَرَّحَ بِهِ الْبَغَوِيّ وَالظَّاهِرُ أَنَّهَا بِمُدَّةِ الزِّفَافِ لِلْبِكْرِ سَبْعًا وَلِلثَّيِّبِ ثَلَاثًا وَبَعْدَ ذَلِكَ تَكُونُ قَضَاءً انْتَهَى وَقَوْلُهُ وَالظَّاهِرُ إلَخْ لَيْسَ مِنْ كَلَامِ السُّبْكِيّ كَمَا يُعْلَمُ بِمُرَاجَعَتِهِ.

PERINGATAN!!!
Ulama Fiqih tidak menjelaskan waktu Walimatul 'Urs dan pendapat yang benar waktunya sesudah Dukhul (berkumpul dengan istri) dan Syeikh berkata 'Boleh dilakukan sebelum dan sesudahnya'. Waktunya luas dari ketika akad sebagaimana dijelaskan Al Baghowiy dan yang Dzohir waktunya dengan masa ZIPAAP bagi gadis dan bagi janda tiga hari dan sesudah itu dinilai qodho, habis. Adapun pernyataan sang Syeikh 'Dan yang Dzohir,dsb' bukanlah bagian perkataan Subkiy sebagaimana diketahui dengan rujuk perkataannya.
[Hasyiyah Ibnu Qosim Al 'Ubadiy Ala at Tuhfah VII/424]

قَالَ م ر وَلَمْ يَتَعَرَّضُوا لِوَقْتِ الْوَلِيمَةِ وَاسْتَنْبَطَ السُّبْكِيُّ مِنْ كَلَامِ الْبَغَوِيّ أَنَّ وَقْتَهَا مُوَسَّعٌ مِنْ حِينِ الْعَقْدِ وَلَا آخِرَ لِوَقْتِهَا فَيَدْخُلُ وَقْتُهَا بِهِ، وَالْأَفْضَلُ فِعْلُهَا بَعْدَ الدُّخُولِ أَيْ عَقِبَهُ؛ «لِأَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَمْ يُولِمْ عَلَى نِسَائِهِ إلَّا بَعْدَ الدُّخُولِ» فَتَجِبُ الْإِجَابَةُ إلَيْهَا مِنْ حِينِ الْعَقْدِ وَإِنْ خَالَفَ الْأَفْضَلَ فَلَا تَجِبُ الْإِجَابَةُ قَبْلَ الْعَقْدِ وَإِنْ اتَّصَلَ بِهَا وَلَا تَفُوتُ بِطَلَاقٍ وَلَا مَوْتٍ وَلَا بِطُولِ الزَّمَنِ فِيمَا يَظْهَرُ كَالْعَقِيقَةِ اهـ.
Al-Jamal Romli berkata : 'Ulama tidak menjelaskan waktu walimah As-subki menggali pengambilan hukum dari perkataan Al Baghowiy bahwa waktunya meluas dari ketika akad nikah dan tidak ada akhir waktunya, karenanya masuk waktunya dengan masuknya akad dan yang afdhol dilakukan sesudah Dukhul maksudnya setelahnya karena Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam tidak melakukan walimah terhadap istri-istri beliau kecuali sesudah Dukhul. Oleh karena itu, wajib mendatanginya Dari ketika akad meksipun menyalahi yang afdhol meskipun bersambung dengan akad. Walimah tidak terlewat waktunya dengan thalak, kematian dan berlalu waktu yang lama seperti aqiqah', habis.
[Hasyiyah Bujairomi ala Syarh al Manhaj III/430]

قَالَ الدَّمِيرِيُّ: وَالظَّاهِرُ أَنَّهَا تَنْتَهِي بِمُدَّةِ الزِّفَافِ لِلْبِكْرِ سَبْعًا وَلِلثَّيِّبِ ثَلَاثًا اهـ، أَيْ فَفِعْلُهَا بَعْدَ ذَلِكَ يَقَعُ قَضَاءً فَلَوْ قَدَّمَهَا عَلَى الْعَقْدِ لَمْ تَكُنْ وَلِيمَةَ عُرْسٍ فَلَا تَجِبُ الْإِجَابَةُ. 

Damiri berkata : ' Yang dzohir bahwa waktu walimah berakhir dengan masa ZIPAAP bagi gadis 7 hari dan bagi janda 3 hari, habis. Maksudnya melakukannya sesudah itu tergolong qodho. Oleh karena itu, bila walimah dilakukan sebelum akad nikah tidak menjadi Walimatul 'Urs maka tidak wajib mendatanginya'.
[Hasyiyah Bujairomi ala al Khothiib III/453]

(قوله: ووقتها الأفضل بعد الدخول) عبارة المغني:
(تنبيه) لم يتعرضوا لوقت الوليمة، واستنبط السبكي من كلام البغوي أن وقتها موسع من حين العقد فيدخل وقتها به.
والأفضل فعلها بعد الدخول لانه - صلى الله عليه وسلم - لم يولم على نسائه إلا بعد الدخول، فتجب الإجابة إليها من حين العقد وإن خالف الأفضل.
اه.
(قوله: وقبله) متعلق بيحصل: أي ويحصل أصل السنة بالوليمة قبل الدخول حال كونها واقعة بعد العقد، وإذا قصد بها حينئذ وليمة العقد والدخول معا حصلا.
ولو بالقهوة أو الشربات، كما يعلم مما تقدم قريبا (قوله: والمتجه استمرار طلبها) أي الوليمة (قوله: بعد الدخول) الأولى إسقاطه لما علمت أن وقتها يدخل بالعقد، فحينئذ يكون الطلب منه ولو لم يدخل بها.
وعبارة التحفة: ولا تفوت بطلاق ولا موت ولا بطول الزمن فيما يظهر.
اه.
ومثلها النهاية.
(قوله: وإن طال الزمن) ظاهره أنها أداء أبدا.
وفي البجيرمي ما نصه: قال الدميري والظاهر أنها تنتهي بمدة الزفاف للبكر سبعا وللثيب ثلاثا.
اه: أي ففعلها بعد ذلك يكون قضاء.
اه (قوله: كالعقيقة) أي نظير العقيقة فإنه يستمر طلبها وإن طال الزمن والطلب موجه على الولي إلى البلوغ إن أيسر ثم من بعده يكون المولى مخيرا بين أن يعتق عن نفسه أو يترك ذلك (قوله: أو طلقها) عطف على قوله طال الزمن: أي وإن طلقها فهي يستمر طلبها 
[I'aanah at Thoolibiin III/407]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama