Pertanyaan:
Assalamu alaikum,.
mau tanya .
Seandainya ada orang Islam menyembelih sapi,tapi tidak membaca doa,,
Apa itu di katakan bangkai atau tidak,,,?
[Fatkah]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Terjadi perselisihan pendapat dikalangan Ulama Empat Madzhab mengenai status kehalalan sembelihan yang tanpa menyebut Tasmiyyah (Nama Allah/basmalah). Tiga Madzhab lainnya termasuk salah satu riwayat Imam Ahmad menyebutkan tidak halal dan sembelihan tersebut dihukumi bangkai karena menurut mereka mengucapkan Tasmiyyah merupakan syarat kehalalan Hewan sembelihan. Baik sembelihan tersebut sembelihan biasa, qurban, aqiqoh, dan lainnya. Berbeda dengan tiga Madzhab tersebut yaitu Madzhab Syafi'i; dan ini yang saya amalkan yaitu mengucapkan Tasmiyyah saat penyembelihan hukumnya sunah, sedangkan meninggalkannya hukumnya makruh dengan makruh tanzih yang berarti pelakunya tidak berdosa. Meskipun ada pendapat yang disebutkan Syeikh Abu Hamid berdosa pelakunya, namun pendapat yang masyhur tidak berdosa pelakunya. Atas dasar ini Madzhab Syafi'i menetapkan sembelihan yang tidak mengucapkan Tasmiyyah halal.
Madzhab Syafi'i berdalil dengan Ayat yang menyebutkan kehalalan sembelihan Ahlul Kitab:
وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ
"Makanan Orang-orang yang diberi Kitab Halal bagimu"(QS. Al Maidah Ayat 5)
Ayat tersebut diatas menunjukkan kehalalan sembelihan Ahlul Kitab, relatifnya mereka ketika menyembelih tidak mengucapkan Tasmiyyah, ini menunjukkan Tasmiyyah bukan Syarat kehalalan sembelihan. Demikian pula hadits Nabi yang menyebutkan Para sahabat mendapat sembelihan yang tidak diketahui yang menyebutkan nama Allah atau tidak, tapi Nabi berkata cukup dibaca ketika dimakan, ini menunjukkan halal hewan sembelihan diragukan baca Tasmiyyah atau tidak, karenanya kalau membaca Tasmiyyah syarat bagaimana dihukumi halal dalam keadaan ragu?
Sedangkan menanggapi ayat yang menjadi dalil kalangan Madzhab selain syafiyyah yang mengharamkan sembelihan tanpa menyebut Tasmiyyah yaitu ayat:
وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ
"Janganlah kamu makan apa yang tidak disebutkan nama Allah" (QS. Al-An'am : Ayat 121)
Ayat tersebut diatas bukan menunjukkan Keharaman sembelihan tanpa menyebut nama Allah tapi maksudnya sembelihan yang ditujukan bukan karena Allah seperti untuk berhala hal ini berdasarkan surat Al Maidah Ayat tiga dan pada ayat lain ada ungkapan:
وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ
"Yang demikian itu merupakan kefasiqan". (QS. Al-An'am : Ayat 121)
Berdasarkan ayat mulia diatas sudah terjadi Ijma' Ulama bahwa sembelihan yang tidak disebut nama Allah (Tasmiyyah) tidaklah disebut fasiq.
Atas dasar tersebut itulah Madzhab Syafi'i menetapkan sembelihan yang tidak menyebut Tasmiyyah halal tapi dihukumi Makruh bila meninggalkannya dengan sengaja dengan murni hukum makruh dan tidak berdosa. Sedangkan Madzhab selain syafiyyah mengharamkan sembelihan tanpa menyebut Tasmiyyah dan mereka hukumi bangkai, hanya mereka berbeda pendapat meninggalkannya dengan sengaja atau semacam lupa.
واعلم أنه يكره تعمد ترك البسملة، فلو تركها ولو عمدا حلت ذبيحته، وذلك لأن الله تعالى أباح لنا ذبائح أهل الكتاب بقوله: * (وطعام الذين أوتوا الكتاب حل لكم) * (1) وهم لا يذكرون البسملة.
وقد أمر - صلى الله عليه وسلم - فيما شك أن ذابحه سمى أم لا: يأكله.
فلو كانت التسمية شرطا لما حل عند الشك.
وأما قوله تعالى: * (ولا تأكلوا مما لم يذكر اسم الله عليه) * (2) فالمراد بما لم يذكر اسم الله عليه في الآية أنه ما ذكر عليه اسم غير الله، وهو الصنم مثلا، بدليل * (وإنه لفسق) * إذ الحالة التي يكون فيها فسقا هي الإهلال، أي الذبح لغيره تعالى، كما قال تعالى في آية أخرى: * (أو فسقا أهل لغير الله به) * فوصف الفسق بأنه ما أهل لغير الله به.
وقال في تعدد المحرمات: * (حرمت عليكم الميتة) * إلى أن قال * (وما أهل لغير الله به) *.
والحاصل أن قوله تعالى: * (مما لم يذكر اسم الله عليه) * صادق بما إذا ذكر اسم غير الله عليه، وبما إذا لم يذكر شيئا أصلا.
والأول هو المراد بدليل ما ذكر.
_________
(1) المائدة: 5.
(2) الانعام: 121.
“Ketahuilah! Bahwa Makruh dengan sengaja meninggalkan Membaca Tasmiyyah, karenanya kalau meninggalkannya meskipun dengan sengaja tetap halal sembelihannya. Yang demikian ini karena Allah membolehkan bagi kita sembelihan Ahlul Kitab dengan firman-nya: "Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Kitab Halal bagimu", sedangkan mereka tidak mengucapkan basmalah dalam sembelihan, dan Sudah jelas perintah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam memakan sembelihan yang diragukan membaca Tasmiyyah atau tidak, kalaupun Tasmiyyah syarat mana mungkin dihukumi halal ketika diragukan?
Adapun Firman Allah "Dan janganlah kamu makan apa yang tidak disebutkan nama Allah". Yang dimaksud Ayat bukan sembelihan yang tidak disebut nama Allah, melainkan selain nama Allah, sembelihan untuk berhala misalnya, dengan dalil Firman Allah "Yang demikian itu merupakan kefasiqan", yaitu keadaan fasiq adalah sembelihan selain Allah Taala seperti ditegaskan dalam firman Allah "Atau fasiq ditujukan selain Allah", fasiq disini untuk selain Allah Taala....
Kesimpulannya bahwa yang dimaksud firman Allah "Dan janganlah kamu makan apa yang tidak disebutkan nama Allah" menjelaskan bukan tidak disebutkan nama Allah secara asal dan yang pertama yaitu maksud dengan dalil yang disebutkan (sembelihan untuk selain Allah)”
[I'aanah at Thoolibiin II/394
فَلَوْ تَرَكَ التَّسْمِيَةَ وَلَوْ عَمْدًا حَلَّ؛ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَبَاحَ ذَبَائِحَ أَهْلِ الْكِتَابِ بِقَوْلِهِ {وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَكُمْ} [المائدة: 5] وَهُمْ لَا يَذْكُرُونَهَا، وَأَمَّا قَوْله تَعَالَى {وَلا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ} [الأنعام: 121] فَالْمُرَادُ مَا ذُكِرَ عَلَيْهِ غَيْرُ اسْمِ اللَّهِ، يَعْنِي مَا ذُبِحَ لِلْأَصْنَامِ بِدَلِيلِ قَوْلِهِ {وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ} [المائدة: 3] وَسِيَاقُ الْآيَةِ دَالٌّ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ قَالَ {وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ} [الأنعام: 121] ، وَالْحَالَةُ الَّتِي يَكُونُ فِيهَا فِسْقًا هِيَ الْإِهْلَالُ لِغَيْرِ اللَّهِ قَالَ تَعَالَى {أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ} [الأنعام: 145] شَرْحُ م ر وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ: تَرْكُهَا عَمْدًا يُحَرِّمُ الذَّبِيحَةَ.
“Karenanya meninggalkan Membaca Tasmiyyah meksipun dengan sengaja halal karena Allah membolehkan sembelihan Ahlul Kitab dengan dalil Firman Allah.....$/d: Imam Abu Hanifah Berkata : Meninggalkan Tasmiyyah dengan sengaja haram sembelihannya”
[Hasyiyah Bujairomi ala Syarh al Manhaj I/287]
وَتَمَسَّكَ بِهِ مَنْ اشْتَرَطَ التَّسْمِيَةَ كَمَالِكٍ وَأَبِي حَنِيفَةَ وَمَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ أَنَّ التَّسْمِيَةَ سُنَّةٌ
“Berhati-hatilah dengan orang yang mensyaratkan Tasmiyyah seperti Imam Malik dan Abu Hanifah, sedangkan menurut Madzhab Syafi'i Tasmiyyah adalah sunah”
[Hasyiyah Bujairomi ala al Khothiib IV/302, lihat Pula nas Syafiyyah yang lain seperti: Tuhfah al Muhtaaj III/325, Mughni al Muhtaaj VI/106, Nihaayah al Muhtaaj VIII/119, DLL]
الرَّابِعَةُ) التَّسْمِيَةُ مُسْتَحَبَّةٌ عِنْدَ الذَّبْحِ وَالرَّمْيِ إلَى الصَّيْدِ وَإِرْسَالِ الْكَلْبِ وَنَحْوِهِ فَلَوْ تَرَكَهَا عَمْدًا أَوْ سَهْوًا حَلَّتْ الذَّبِيحَةُ لَكِنْ تَرْكُهَا عَمْدًا مَكْرُوهٌ عَلَى الْمَذْهَبِ الصَّحِيحِ كَرَاهَةَ تَنْزِيهٍ لَا تَحْرِيمٍ وَفِي تَعْلِيقِ الشَّيْخِ أَبِي حَامِدٍ أَنَّهُ يَأْثَمُ بِهِ وَالْمَشْهُورُ الْأَوَّلُ ___ إلى أن قال- ____ فَرْعٌ)
فِي مَذَاهِبِ الْعُلَمَاءِ فِي التَّسْمِيَةِ عَلَى ذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ وَغَيْرِهَا مِنْ الذَّبَائِحِ وَعَلَى إرْسَالِ الْكَلْبِ وَالسَّهْمِ وَغَيْرِهِمَا إلَى الصَّيْدِ
* مَذْهَبُنَا أَنَّهَا سُنَّةٌ فِي جَمِيعِ ذَلِكَ فَإِنْ تَرَكَهَا سَهْوًا أَوْ عَمْدًا حَلَّتْ الذَّبِيحَةُ وَلَا إثْمَ عَلَيْهِ قَالَ الْعَبْدَرِيُّ وَرُوِيَ هَذَا عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَعَطَاءٍ
* وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ التَّسْمِيَةُ شَرْطٌ لِلْإِبَاحَةِ مَعَ الذِّكْرِ دُونَ النِّسْيَانِ وَهَذَا مَذْهَبُ جَمَاهِيرِ الْعُلَمَاءِ
* وَعَنْ أَصْحَابِ مَالِكٍ قَوْلَانِ (أَصَحُّهُمَا) كَمَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ (وَالثَّانِي) كَمَذْهَبِنَا
* وَعَنْ أَحْمَدَ ثَلَاثُ رِوَايَاتٍ (الصَّحِيحَةُ) عِنْدَهُمْ وَالْمَشْهُورَةُ
عَنْهُ أَنَّ التَّسْمِيَةَ شَرْطٌ لِلْإِبَاحَةِ فَإِنْ تَرَكَهَا عَمْدًا أَوْ سَهْوًا فِي صَيْدٍ فَهُوَ مَيْتَةٌ (وَالثَّانِيَةُ) كَمَذْهَبِ أَبِي حَنِيفَةَ (وَالثَّالِثَةُ) إنْ تَرَكَهَا عَلَى إرْسَالِ السَّهْمِ نَاسِيًا أُكِلَ وَإِنْ تَرَكَهَا عَلَى الْكَلْبِ وَالْفَهْدِ لَمْ يُؤْكَلْ قَالَ وَإِنْ تَرَكَهَا فِي ذَبِيحَةٍ سَهْوًا حَلَّتْ وَإِنْ تَرَكَهَا عَمْدًا فَعَنْهُ رِوَايَتَانِ
* وَقَالَ ابْنُ سِيرِينَ وَأَبُو ثَوْرٍ وَدَاوُد لَا تَحِلُّ سَوَاءٌ تَرَكَهَا عَمْدًا أَوْ سَهْوًا هَذَا نَقْلُ الْعَبْدَرِيِّ
* وَقَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ عَنْ الشَّعْبِيِّ وَنَافِعٍ كَمَذْهَبِ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ وَمِمَّنْ أَبَاحَ أَكْلَ مَا تُرِكَتْ التَّسْمِيَةُ عَلَيْهِ ابْنُ عَبَّاسٍ وَأَبُو هُرَيْرَةَ وَسَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ وَطَاوُسٌ وَعَطَاءٌ وَالْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَالنَّخَعِيُّ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي لَيْلَى وَجَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ وَالْحَكَمُ وَرَبِيعَةُ وَمَالِكٌ وَالثَّوْرِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ وَأَبُو حَنِيفَةَ
[Al Majmuu' Syarh al Muhadzdzab VIII/408-411]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Link Diskusi:
Artikel terkait 👇