Pertanyaan:
assalamualaikum
pa kyai, dlm solat klo setelah baca alfatihah, boleh gk baca suratnya pake alfatihah lagi ??
[Nazzar]
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Mengulangi Membaca Fatihah setelah Surat Al Fatihah yang seharusnya bacaan surat setelah Fatihah boleh dan tidak mencukupi sebagai mendapatkan kesunahan Membaca Surat Al Fatihah, dengan syarat orang yang melakukan itu hafal bacaan surat selain surat Al Fatihah, tapi kalau tidak hafal maka tetap mendapatkan pahala kesunahan Membaca Surat setelah Al Fatihah dengan Membaca Surat Al Fatihah lagi. Sedangkan pendapat yang mengatakan batal shalatnya mengulangi surat Fatihah 2 kali pada satu rakaat merupakan pendapat yang Dhoif (lemah).
ويحصل أصل السنة بتكرير سورة واحدة في الركعتين، وبإعادة الفاتحة إن لم يحفظ غيرها
(قوله: ويحصل أصل السنة بتكرير سورة واحدة) أي ولو حفظ غيرها.
وقوله في الركعتين أي الأوليين.
(قوله: وبإعادة الفاتحة) أي ويحصل أصل السنة بإعادة الفاتحة.
(قوله: إن لم يحفظ غيرها) أي غير الفاتحة.
فإن حفظ غيرها لا يحصل أصل السنة بإعادتها لأن الشئ الواحد لا يؤدي به فرضا ونفلا، ولئلا يشبه تكرير الركن.
“Dan memperoleh asal kesunahan (Membaca Surat setelah Al Fatihah) dengan mengulangi satu surat yang sama pada dua raka'at dan dengan mengulangi membaca surat Al Fatihah jika tidak hafal selainnya.
(Keterangan Pengarang "Dan memperoleh asal kesunahan (Membaca Surat setelah Al Fatihah) dengan mengulangi membaca surat yang sama artinya walaupun hafal selainnya. Dan Keterangan beliau "Pada dua raka'at", artinya dua raka'at pertama.
(Keterangan Pengarang "Dan dengan mengulang Fatihah") artinya dan memperoleh asal kesunahan dengan mengulang Membaca Surat Al Fatihah.
(Keterangan Pengarang "Jika hafal selainnya") artinya selain Al Fatihah. Jika hafal selainnya tidak memperoleh asal kesunahan dengan mengulang membacanya karena sesuatu yang pada dasarnya dibaca sekali tidak diulangi lagi, fardhu dan Sunah, sebab menyamai mengulangi rukun”
[I'aanah at Thoolibiin I/174]
(قَوْلُهُ: غَيْرَ الْفَاتِحَةِ) أَمَّا هِيَ فَلَا يُعْتَدُّ بِهَا عَنْهَا إلَّا إذَا لَمْ يُحْسِنْ غَيْرَهَا عَلَى مَا اسْتَظْهَرَهُ شَيْخُنَا وَفِيهِ أَنَّهُ تَكْرِيرٌ لِرُكْنٍ قَوْلِيٍّ تَأَمَّلْ شَوْبَرِيٌّ أَيْ: وَبَعْضُ أَهْلِ مَذْهَبِنَا يَقُولُ بِبُطْلَانِ الصَّلَاةِ بِتَكْرِيرِ الرُّكْنِ الْقَوْلِيِّ. وَأُجِيبُ بِأَنَّهُ قَوْلٌ ضَعِيفٌ جِدًّا فَلَمْ يُرَاعَ ح ف أَوْ بِأَنَّهُ لَيْسَ مِنْ تَكْرِيرِ الرُّكْنِ الْقَوْلِيِّ؛ لِأَنَّ قِرَاءَتَهَا ثَانِيًا إنَّمَا هُوَ بَدَلٌ عَنْ السُّورَةِ.
“(Keterangan Pengarang "Selain Al Fatihah") Adapun Al Fatihah tidak terhitung dengannya darinya kecuali bila tidak bagus selainnya berdasarkan dinyatakan guru kita, sebab padanya terdapat pengulangan rukun Qouliy, camkanlah!, Demikian keterangan Syaubariy. Artinya sebagian pendapat dari Madzhab kita menilai akan batalnya shalat dengan mengulang rukun Qouliy, dan aku jawab bahwa itu Qoul dhoif sekali karenanya tidak perlu diperhatikan atau sanggahannya bukan sebagai mengulangi rukun Qouliy karena membacanya yang kedua adalah sebagai ganti dari membaca surat”
[Hasyiyah Bujairomi Ala Syarh al Manhaj I/200]
قَوْلُهُ: (بَعْدَ الْفَاتِحَةِ) خَرَجَ بِقَوْلِهِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ مَا لَوْ قَرَأَهَا قَبْلَهَا أَوْ كَرَّرَ الْفَاتِحَةَ فَإِنَّهَا لَا تُجْزِئُهُ لِأَنَّهُ خِلَافُ مَا وَرَدَ فِي السُّنَّةِ، وَلِأَنَّ الشَّيْءَ الْوَاحِدَ لَا يُؤَدَّى فَرْضًا وَنَفْلًا فِي مَحَلٍّ وَاحِدٍ، وَلِأَنَّ الْفَاتِحَةَ رُكْنٌ مِنْ الْأَرْكَانِ وَالرُّكْنُ لَا يُشْرَعُ تَكْرَارُهُ عَلَى الِاتِّصَالِ. نَعَمْ لِمَنْ لَمْ يُحْسِنْ غَيْرَ الْفَاتِحَةِ وَأَعَادَهَا يُتَّجَهُ كَمَا قَالَ الْأَذْرَعِيُّ الْإِجْزَاءُ
[Hasyiyah Bujairomi Ala Al Khothiib II/66]
Wallahu A'lamu Bis Showaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)
Link Diskusi:
Baca Artikel terkait 👇