1499. HADITS : KESOMBONGAN DIATAS KESOMBONGAN SEDEKAH


Pertanyaan:
Assalamu'alaikum.

Kak mau nanya, saya sering mendengar pernyataan sombong diatas kesombongan adalah sedekah.

Tolong berikan pencerahannya kak 🙏
[Abdul Umar - Messanger]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Tampaknya kakang salah pemahaman, bukan yang dimaksud "Kesombongan diatas kesombongan sedekah". Tapi "Bersikap sombong kepada orang yang sombong sedekah". Kenapa bersikap sombong kepada orang yang sombong sedekah karena bila kita bersikap sombong kepada orang yang sombong ia akan sadar, beda halnya kalau kita bersikap merendahkan diri dia semakin sombong dan tetap dalam kesesatan. Ada redaksi:

التكبر على المتكبر صدقة
"Bersikap sombong kepada orang yang sombong sedekah". Ini bukan hadits melainkan perkataan manusia, meksipun maknanya benar.

حَدِيث: " التكبر عَليّ المتكبر صَدَقَة ". هُوَ من كَلَام النَّاس، قَالَه الرَّازِيّ.
Hadits: "Bersikap sombong kepada orang yang sombong sedekah", adalah perkataan manusia, ini dikatakan Ar Roziy.
[Asnaa al Muthoolib Halaman 116]


وفي أثر: الكبر على المتكبر صدقة لأن المتكبر إذا تواضعت له تمادى في تيهه وإذا تكبر عليه يمكن أن ينبه ومن ثم قال الشافعي: ما تكبر علي متكبر مرتين وقال الزهري: التجبر على أبناء الدنيا أوثق عرى الإسلام 
Dalam sebuah Atsar disebutkan : "Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah sedekah", sebab jika kita bersikap tawadhu di hadapan orang sombong maka itu akan menyebabkan dia terus-menerus berada dalam kesesatan. Namun, jika kita bersikap sombong kepadanya maka dia akan sadar. Ini sesuai dengan nasihat Imam Syafi’i, ‘Bersikap sombonglah kepada orang sombong sebanyak dua kali.’ Imam Az-Zuhri mengatakan, ‘Bersikap sombong kepada pecinta dunia adalah bagian dari ikatan Islam yang kokoh.’
[Faidh al Qodiir IV/277]

ورد: التكبر على المتكبر صدقة؛ لأنه إذا تواضعت له تمادى في ضلاله وإذا تكبرت عليه تنبه.
ومن هنا قال الشافعي تكبر على المتكبر مرتين وقال الزهري التجبر على أبناء الدنيا أوثق عرى الإسلام.
.........
قال يحيى بن معاذ: التكبر على من تكبر عليك بماله تواضع
[Bariiqoh al Mahmudiyyah II/186]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Komentari

Lebih baru Lebih lama