1513. SHALAT ISYROQ VS SHALAT DHUHA



Pertanyaan:
assalamualaikum

guru, klo solat isyroq itu jm brp perkiraannya ??

trus waktu yg di larang solat sesudah solat subuh itu sampai jm berapa batasnya ??
[Tajmal]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

1. Shalat Isyroq

Dalam perbincangan Ulama Syafi'iyah apakah shalat Isyroq termasuk shalat Dhuha?

Mereka berselisih pendapat. Syeikh Ibnu Ziyad mengatakan Shalat Isyroq bukan shalat Dhuha berdasarkan pendapat yang Manqul, hal ini sesuai perbincangan Syeikh Al Bajuri dalam Hasyiahnya Ala Ibn Qosim; Disana dijelaskan menurut Syeikh Ibn Hajar shalat Dhuha bukan shalat Dhuha ini pula menjadi pendapat Imam Romli selain dalam Kitab Syarh. Sedangkan pendapat yang dinilai Mu'tamad menurut Syeikh Bakri Syata Dimyati Shalat Dhuha termasuk shalat Isyroq, ini pula pendapat Imam Romli.

Berpijak pada pendapat yang mengatakan shalat Isyroq merupakan shalat yang berdiri sendiri yakni bukan shalat Dhuha maka waktu mengerjakannya menurut Syeikh Al Bajuri dari terbit matahari. Asalnya shalat sunah ketika terbit matahari dimakruhkan tapi untuk shalat Isyroq tidak Makruh karena shalat tersebut memiliki waktu tersendiri. Sedangkan yang dikutip Syeikh Bakri Syata Dimyati dari kitab Hasyiyah As Syarqowi Waktu pengerjaannya setelah meninggi matahari. Dan Syeikh Nawawi al-Bantani menetapkan dua waktu sebagaimana dua Ulama tersebut katakan yaitu terbit matahari dan meninggi matahari. Ketika berniat shalat Isyroq wajib menta'yin yaitu menyertakan dalam niat sunah Isyroq As Syams. Disunahkan mengqodho'nya bahkan dianjurkan betul dan digalakkan terlebih bagi orang yang menjadi kebiasaan merutinkan shalat ini. 

Kapan waktunya berakhir?

Saya tidak menemukan redaksi Syafi'iyah yang menyebutkan akhir waktu shalat Isyroq, cuma ada satu keterangan, yaitu keterangan Syeikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihaayah az Zain yang menyebutkan akhir waktunya sampai tengah hari dan waktunya tidak memanjang sampai tergelincir matahari. Atas keterangan ini bisa di kira², waktu Dzuhur kan setelah tergelincir matahari, misalnya jam 12:12 masuk waktu Dzuhur yakni tergelincir matahari maka kondisikan mengerjakan shalat sunah Isyroq sebelum tergelincir matahari atau sebelum lewat jam 12, karena umum diketahui tengah hari batasannya jam 12, tapi kondisikan dengan jam. Ada juga terkadang jam 11.57 sudah masuk waktu Dzuhur kalau daerah kami maka kira² kan saja mengerjakan shalat sunah Isyroq jam 11 akhirnya.

Pada raka'at pertama Membaca surat Ad Dhuha dan raka'at kedua surat As Syarh (ألم نشرح) dan setelah salam dan pas berdoa baca doa ini:

اللَّهُمَّ يَا نور النُّور بِالطورِ وَكتاب مسطور فِي رق منشور وَالْبَيْت الْمَعْمُور أَسأَلك أَن ترزقني نورا أستهدي بِهِ إِلَيْك وأدل بِهِ عَلَيْك ويصحبني فِي حَياتِي وَبعد الِانْتِقَال من ظلام مشكاتي وَأَسْأَلك بالشمس وَضُحَاهَا وَنَفس مَا سواهَا أَن تجْعَل شمس معرفتك مشرقة بِي لَا يحجبها غيم الأوهام وَلَا يعتريها كسوف قمر الواحدية عِنْد التَّمام بل أَدَم لَهَا الْإِشْرَاق والظهور على ممر الْأَيَّام والدهور وصل اللَّهُمَّ على سيدنَا مُحَمَّد خَاتم الْأَنْبِيَاء وَالْمُرْسلِينَ وَالْحَمْد لله رب الْعَالمين اللَّهُمَّ اغْفِر لنا ولوالدينا وَلِإِخْوَانِنَا فِي الله أَحيَاء وأمواتا أَجْمَعِينَ
Selesai.

[مسألة] صلاة الاشراق غير الضحى على المنقول كما قاله الغزالي والمزجد لكن في المستدرك عن ابن عباس رضي اللَّه عنهما أن صلاة الاشراق صلاة الأوابين وهي صلاة الضحى ا ه‍ فعلى المنقول لا بد في نيتها من التعيين كغيرها من ذوات الوقت وينوى بها صلاة الاشراق -الى أن قال- ويسن قضاء صلاة الاشراق وكذا صلاة الأوابين ينبغي قصاؤه لمن اعتاده 
“(Masalah) Shalat Isyroq bukan Dhuha menurut yang Manqul sebagaimana disebutkan Al Ghazali dan Al Muzajjad. Namun dalam Kitab Al Mustadrak (Kitab Hadits karangan Imam Al Hakim) dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma bahwa shalat Isyroq adalah shalat Awwabin yaitu shalat Dhuha, habis.

Karena itu, bila mengamalkan pendapat yang Manqul tidak dapat tidak niatnya menta'yin seperti shalat yang mempunyai Waktu dan Berniat shalat Isyroq. - Sampai perkataan pengarang (Syeikh Ibnu Ziyad) - Disunahkan mengqodho' shalat Isyroq, demikian pula shalat Awwabin, digalakkan betul mengqodho'nya bagi orang yang menjadi kebiasaan mengerjakannya”
[Talkhiish al Muraad Min Fatawa Ibn Ziyad Hamisy Bughyah Halaman 94, Cet. Al Haromain]


(قوله صلاة الضحى) — وهل هي صلاة الاشراق أو غيرها الذي في شرح الرملي أنها هي وعبارته وهي صلاة الاشراق كما أفتى به الوالد وان وقع في العباب أنها غيرها وقال ابن حجر أنها غيرها ونقله ابن قاسم عن الرملي أيضاً في غير شرح وعليه فصلاة الاشراق ركعتان ويحرم بهما بنية سنة اشراق الشمس ويتأكد على الشخص قضاؤها إذا فاتت لأنها ذات وقت وهو وقت طلوع الشمس ولا تكره حينئذ لما علمت أنها ذات وقت 
“(Keterangan Pengarang "Shalat Dhuha") Dan apakah ia shalat Isyroq atau selainnya? Dalam kitab Syarh Ar Romli Ia termasuk shalat Isyroq, redaksinya: Ia adalah shalat Isyroq sebagaimana difatwakan Al Waalid meskipun dalam kitab Al 'Ubaab ia selainnya. Ibn Hajar berkata, : Ia selainnya dan Ibn Qosim menuqilnya dari Romli juga selain dalam Kitab Syarh. Karena itu, pengerjaan shalat Isyroq dilakukan 2 raka'at, takbiratul ihram dengan niat sunah Isyroq As Syams dan dianjurkan betul seseorang mengqodho'nya jika terlewat karena ia termasuk shalat yang mempunyai waktu yaitu Waktu terbit matahari dan tidak Makruh ketika itu mengerjakannya karena ia shalat yang mempunyai waktu sebagaimana engkau ketahui”
[Hasyiyah Al Bajuri Ala Ibn Qosim I/134, Cet. Nurul Ilmi Surabaya]


(قوله: قال ابن عباس: صلاة الإشراق صلاة الضحى) هو المعتمد.
وقيل غيرها.
قال في العباب: ركعتا الإشراق غير الضحى، ووقتها عند الارتفاع.
اه ش ق.
“(Keterangan Pengarang "Ibnu Abbas berkata, Shalat Isyroq adalah shalat Dhuha") Itulah pendapat yang Mu'tamad. Menurut Qiil (Sebagian pendapat) selainnya. Pengarang kitab Al 'Ubaab berkata, 'Rak'at Isyroq bukan Dhuha, waktunya saat meninggi matahari', habis keterangan As Syarqowi”
[Hasyiyah I'aanah at Thoolibiin I/253, Cet. Al Haromain]


وَمن ذَلِك صَلَاة الْإِشْرَاق وَهِي رَكْعَتَانِ بعد شروق الشَّمْس وارتفاعها يَنْوِي بهما سنة الْإِشْرَاق يقْرَأ فِي الأولى بعد الْفَاتِحَة سُورَة {وَالضُّحَى} 93 الضُّحَى الْآيَة 1 وَفِي الثَّانِيَة بعد الْفَاتِحَة {ألم نشرح} 94 الشَّرْح الْآيَة 1 وتفوت بعلق النَّهَار وَلَا تمتد إِلَى الزَّوَال ثمَّ يَقُول اللَّهُمَّ يَا نور النُّور بِالطورِ وَكتاب مسطور فِي رق منشور وَالْبَيْت الْمَعْمُور أَسأَلك أَن ترزقني نورا أستهدي بِهِ إِلَيْك وأدل بِهِ عَلَيْك ويصحبني فِي حَياتِي وَبعد الِانْتِقَال من ظلام مشكاتي وَأَسْأَلك بالشمس وَضُحَاهَا وَنَفس مَا سواهَا أَن تجْعَل شمس معرفتك مشرقة بِي لَا يحجبها غيم الأوهام وَلَا يعتريها كسوف قمر الواحدية عِنْد التَّمام بل أَدَم لَهَا الْإِشْرَاق والظهور على ممر الْأَيَّام والدهور وصل اللَّهُمَّ على سيدنَا مُحَمَّد خَاتم الْأَنْبِيَاء وَالْمُرْسلِينَ وَالْحَمْد لله رب الْعَالمين اللَّهُمَّ اغْفِر لنا ولوالدينا وَلِإِخْوَانِنَا فِي الله أَحيَاء وأمواتا أَجْمَعِينَ
[Nihaayah az Zain Halaman 103, Cet. Al Maktabah As Syamilah Apk]

2. Batasan waktu yang dimakruhkan shalat sebagai berikut:

Sebagaimana diterangkan dalam kitab Hasyiyah Al Bajuri Ala Ibn Qosim tepatnya pada matannya Fathul Qorib agar ringkas:

 وخمسة أوقات لا يصلى فيها إلا صلاة لها سبب: بعد صلاة الصبح حتى تطلع الشمس وعند طلوعها حتى تتكامل وترتفع قدر رمح وإذا استوت حتى تزول وبعد صلاة العصر حتى تغرب الشمس وعند الغروب حتى يتكامل غروبها.
(Pasal) Ada lima waktu yang tidak boleh melakukan shalat kecuali shalat yang memiliki sebab yaitu setelah shalat subuh sampai terbit matahari; saat terbit matahari sampai sempurna dan naik sekitar satu tombak; saat matahari tepat di tengah sampai condong; setelah shalat ashar sampai matahari terbenam; saat matahari terbenam sampai sempurna terbenamnya”
[Hasyiyah Al Bajuri Ala Ibn Qosim I/189-192, Cet. Nurul Ilmi Surabaya]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama