1607. MATI JATUH CINTA SYAHID

Sumber gambar: catatan fiqih


Pertanyaan:
 Permisi Kak aku mau nanya lg Kalo memendam rasa cinta keseseorang Bner gak sih Trus kita mati Maka kita mati dlm keadaan mati syahid Karnaknn kita dah berhasil menahan hawa nafsu Smpe2 org yg dicintai bhkan setan gak tau Aku baca tulisan itu di tiktok. Kalo boleh tau,aku boleh minta tolong jelasin apa itu arti mati syahid ?!
Terimakasih 🙏🏻
[Bella Starla]

Jawaban:
Tersebut dalam suatu riwayat:

من عشق فكتم وعف ومات مات شهيدا
Barangsiapa yang jatuh cinta lantas dia menahannya hingga ia mati, maka dia mati syahid. (Riwayat diatas dikutip Imam Munawi dalam kitab Faidh al Qodiir VI/180)

Pada riwayat tersebut disebutkan bahwa seseorang yang jatuh cinta (meskipun jatuh cinta kepada lawan jenis) atau memendam rasa rindu yang menggebu 😁 sampai ia mati sebab cinta dan rindu itu ia mati syahid, artinya ia mendapat predikat syahid akhirat dalam arti bebas dari siksa setelah mati tapi secara perlakuan ia sama saja dengan orang mati pada umumnya seperti dimandikan dan dikafani dan seterusnya. Namun, untuk mendapat predikat syahid akhirat sebab memendam rasa cinta dan rindu diatas para Ulama memberikan persyaratan:
• Menjaga diri dari perbuatan maksiat meskipun menjaga diri dari pandangan
• Ia memendam rasa cinta dan rindu tersebut, sehingga bila ia nyatakan rasa itu maka tentu ia tidak mendapat predikat syahid akhirat sebagaimana yang dimaksud.

والميت عشقا ولو لمن لم يبح وطؤه كأمرد بشرط العفة حتى عن النظر بحيث لو اختلى بمحبوبه لم يتجاوز الشرع وبشرط الكتمان حتى عن معشوقه . 
Termasuk syahid akhirat adalah orang yang mati karena rindu, meski terhadap orang yang tidak boleh diwath’i seperti (lelaki) rindu kepada amrod (cowok remaja ganteng), dengan syarat ‘iffah (menjaga diri dari maksiat) bahkan sampai menjaga diri pandangan sekiranya dia berduaan dengan orang yang dicintainya maka ia tidak melewati batasan syariat & dengan syarat menyembunyikan kerinduannya bahkan terhadap yang dirindukan sekalipun.
[Hasyiyah al Bajuri I/244]

( قَوْلُهُ وَالْمَيِّتُ عِشْقًا ) أَيْ بِشَرْطِ الْعِفَّةِ عَنْ الْمُحَرَّمَاتِ بِحَيْثُ لَوْ اخْتَلَى بِمَحْبُوبِهِ لَمْ يَقَعْ بَيْنَهُمَا فَاحِشَةٌ وَبِشَرْطِ الْكِتْمَانِ حَتَّى عَنْ مَحْبُوبِهِ وَإِنْ كَانَ يُسَنُّ إعْلَامُهُ بِأَنَّهُ يُحِبُّهُ وَمَعَ ذَلِكَ لَوْ أَعْلَمَهُ فَاتَتْهُ رُتْبَةُ الشَّهَادَةِ ا هـ ...وَعِبَارَةُ الشَّوْبَرِيِّ قَوْلُهُ وَالْمَيِّتُ عِشْقًا أَفْتَى الْوَالِدُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِأَنَّهُ لَا فَرْقَ بَيْنَ عِشْقِ مَنْ يُتَصَوَّرُ نِكَاحُهُ شَرْعًا أَوْ لَا كَالْأَمْرَدِ حَيْثُ عَفَّ وَكَتَمَ إذْ الْمَحَبَّةُ لَا قُدْرَةَ عَلَى دَفْعِهَا وَقَدْ يَكُونُ الصَّبْرُ عَلَى الثَّانِي أَشَدَّ إذْ لَا وَسِيلَةَ لَهُ لِقَضَاءِ وَطَرِهِ بِخِلَافِ الْأَوَّلِ.
[Hasyiyah al Jamal Ala Syarh al Manhaj II/193]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:


Komentari

Lebih baru Lebih lama