1620. HUKUM MENGQODHO' PUASA SUNAH SYAWAL

Sumber gambar: NU Cilacap online


Pertanyaan:
Mau tanya para masyaikh, apa boleh qodlo puasa sunah. Misal ketika habis bulan syawal, puasa 6 hari syawal baru terlaksana 4 hari apakah yg 2 hari boleh dilakukan bulan berikutnya
[Sketsa

Jawaban:
Mengenai mengqodho' puasa sunah Syawal terjadi khilaf Ulama Syafi'iyah. Menurut Mayoritas Ulama Syafi'iyah ketika puasa sunah Syawal belum terlaksana sunah diqodho'. Atas dasar ini, kalau beberapa hari sudah terlaksana dan sisanya disambung pada setelah bulan Syawal sunah diqodho'. Ini merupakan pendapat Imam Romli, Syeikh Ba'isyaan dan Syeikh Nawawi al-Bantani. Sedangkan menurut sebagian pendapat seperti pendapat Syeikh Qulyubi tidak sunah diqodho'.

وإذا لم يصمها في شوّال .. سنَّ له قضاؤها بعده؛ لتوقيتها.
“Apabila belum puasa pada bulan Syawal sunah mengqodho'nya sesudahnya karena ada penentuan waktunya”
[Busyrol Kariim Halaman 583]

وَتحصل السّنة بصومها مُتَفَرِّقَة مُنْفَصِلَة عَن يَوْم الْعِيد لَكِن تتابعها واتصالها بِيَوْم الْعِيد أفضل وتفوت بِفَوَات شَوَّال وَيسن قَضَاؤُهَا
“Dan memperoleh asal kesunahan puasa enam hari bulan Syawal dengan melakukan puasanya secara berjarak dan terpisah dari hari Ied, kendatipun melakukan secara berurutan dan menyambungnya dari hari Ied lebih utama. Habis waktunya dengan habis bulan Syawal dan sunah mengqodho'”
[Nihaayah az Zain Halaman 197]

قَوْلُهُ: (وَتَتَابُعُهَا أَفْضَلُ) فَلَهُ تَفْرِيقُهَا فِي جَمِيعِ الشَّهْرِ وَتَفُوتُ بِفَوَاتِهِ. وَفِي شَرْحِ شَيْخِنَا الرَّمْلِيِّ مَا يَقْتَضِي أَنَّهُ يُنْدَبُ قَضَاؤُهَا بَعْدَ شَوَّالٍ إذَا لَمْ يَصُمْهَا فِيهِ، وَلَوْ بِغَيْرِ عُذْرٍ وَفِيهِ نَظَرٌ لِأَنَّ جَمِيعَ أَنْوَاعِ هَذَا الصَّوْمِ الْمَذْكُورِ لَا يُقْضَى إذْ لَيْسَ لَهَا وَقْتٌ مَحْدُودُ الطَّرَفَيْنِ كَمَا فِي الصَّلَاةِ فَتَأَمَّلْهُ.
[Hasyiyah Al Qulyubi II/94]

Wallahu A'lamu Bis Showaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As-Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama