1735. HUKUM SHALAT BIRRUL WALIDAIN


Foto: bincang syariah


Pertanyaan:
Assalamu'alaikum..maaf yai mau tanya..di tmpat kami setelah ba'da maghrib stiap mlm jum'at biasa melaksanakan sholat birrul walidain..bagaimana menurut pandangan fiqih mengenai sholat tersebut?
[Embun Kinara Asyafa]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Shalat Birrul Walidain seperti yang ditanyakan dalam ranah fiqih jarang ditemukan karena memang jenis shalat tersebut merupakan rutinitas amaliyyah orang Sufi dan jenis shalat seperti ini ada disebutkan dalam kitab jenis tersebut seperti dalam kitab Kazinatul Asraar dan juga diikuti Imam Ghazali dalam kitab Ihyaa'; karena memang Imam Ghazali selain beliau Ahli Fiqih beliau juga ahli Tasawuf. Di dalam kitab Ihyaa' beliau sendiri menyatakan tata cara dan dasar yang dijadikan sandaran. Hanya saja Sheikh Al Iroqi menulis takhrij atas hadits tersebut dalam Takhrij Ihyaa' menyebutkan hadits itu dengan redaksi " ضعيف جدا وهو منكر " yakni hadits sangat dhoif dan ia termasuk hadits Munkar.

Kita semua tahu bahwa Ulama kita menyebutkan bahwa hadits yang dapat dijadikan sandaran adalah hadits Shahih atau Hasan, sedangkan hadits Dhaif hanya bisa dijadikan sebagai Fadhoilul A'mal yaitu keutamaan beramal, selagi hadits itu tidak sangat dhoif, kalau sangat dhoif tidak bisa beramal dengan hadits dhoif, terlebih menurut Ibnu Jauzi jenis shalat seperti itu termasuk Maudhu'. Sudah kita ketahui bahwa hadits tersebut sangat dhoif bahkan Munkar maka shalat Birrul Walidain tidak boleh diamalkan berdasarkan ranah fiqih. Ini pula pernah dibahas oleh Muktamar NU di Surabaya pada tanggal 20-25 Desember 1971, kesimpulannya shalat Birrul Walidain tidak sah dan haram dilakukan, mereka mendasarkan keterangannya berdasarkan nas dalam kitab Tuhfah milik Syekh Ibn Hajar Al Haitami, redaksinya:

وَلَا تَصِحُّ هَذِهِ الصَّلَوَاتُ بِتِلْكَ النِّيَّاتِ الَّتِي اسْتَحْسَنَهَا الصُّوفِيَّةُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَرِدَ لَهَا أَصْلٌ فِي السُّنَّةِ نَعَمْ إنْ نَوَى مُطْلَقَ الصَّلَاةِ ثُمَّ دَعَا بَعْدَهَا بِمَا يَتَضَمَّنُ نَحْوَ اسْتِعَاذَةٍ أَوْ اسْتِخَارَةٍ مُطْلَقَةٍ لَمْ يَكُنْ بِذَلِكَ بَأْسٌ
"Tidak sah shalat dengan niat seperti yang dianggap baik kalangan sufi tanpa dasar hadits sama sekali. Namun jika melakukan shalat muthlak dan berdoa sesudahnya dengan sesuatu yang mengandung semisal doa isti’adzah (mohon perlindungan) atau istikharah (meminta petunjuk Allah untuk di pilihkan yang terbaik) maka shalat tersebut sah-sah saja".

Karena itu, kalau shalat tersebut dilakukan dengan niat yang khusus dan mengikuti cara yang disebutkan dalam hadits yang disebutkan Imam Ghazali shalat tersebut tidak sah karena tidak ada tuntutan yang Shahih, namun bila shalat tersebut dilakukan dengan niat shalat Sunah biasa kemudian setelah shalat dilakukan dengan aneka wiridan dan doa semuanya untuk orang tua kita maka tidak bermasalah seperti yang ditegaskan oleh Syekh Ibn Hajar Al Haitami dalam kitab Tuhfah diatas.

Wallahu A'lam

Ibarot :

خزيمة الأسرار صحيفة ٣٩
( ﺍﻟﻌﺎﺷﺮ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﺮ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻫﻲ ﺭﻛﻌﺘﺎﻥ ﻳﺼﻠﻴﻬﻤﺎ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺨﺎﻣﺲ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﻌﺮﻳﺐ ﻭﺍﻟﻌﺸﺎﺀ ﻳﻘﺮﺍﺀ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺭﻛﻌﺔ ﺍﻟﻔﺎﺗﺤﺔ ﻣﺮﺓ ﻭﺁﻳﺔ ﺍﻟﻜﺮﺳﻲ ﺧﻤﺲ ﻣﺮﺍﺕ ﻭﺍﻟﻤﻌﻮﺫﺗﻴﻦ ﺧﻤﺴﺎ ﺧﻤﺴﺎ ﻓﺎﺫﺍ ﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ تعالى ﺧﻤﺲ ﻋﺸﺮﺓ ﻣﺮﺓ ﻭﻳﺼﻠﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﺧﻤﺲ ﻋﺸﺮﺓ ﻣﺮﺓ ﻭﻳﺠﻌﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﻷﺑﻮﻳﻪ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻮ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺻﻼﻫﺎ ﻓﻘﺪ ﺃﺩﻯ ﺣﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﺗﻢ ﺑﺮﻫﺎ

إحياء علوم الدين وتخريج العراقي ج ١ ص ٢٠٠ المكتبة الشاملة
قال أبو هريرة رضي الله عنه قال النبي صلى الله عليه وسلم من صلى ليلة الخميس ما بين المغرب والعشاء ركعتين يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب وآية الكرسي خمس مرات وقل هو الله أحد خمس مرات والمعوذتين خمس مرات فإذا فرغ من صلاته استغفر الله تعالى خمس عشرة مرة وجعل ثوابه لوالديه فقد أدى حق والديه عليه وإن كان عاقاً لهما وأعطاه الله تعالى ما يعطي الصديقين والشهداء (٣) 
___________
 (٣)حديث أبي هريرة من صلى ليلة الخميس ما بين المغرب والعشاء ركعتين الحديث أخرجه أبو موسى المديني وأبو منصور الديلمي في مسند الفردوس بسند ضعيف جدا وهو منكر 

الأذكار للنووي ص ٨ المكتبة الشاملة

[فصل] : 
قال العلماءُ من المحدّثين والفقهاء وغيرهم: يجوز ويُستحبّ العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالحديث الضعيف ما لم يكن موضوعاً (١) . 
__________
(١) قوله: ما لم يكن موضوعا: وفي معناه شديد الضعف، فلا يجوز العمل بخبر من انفرد من كذاب ومتهم، وبقي للعمل بالضعيف شرطان: أن يكون له أصل شاهد لذلك، كاندراجه في عموم أو قاعدة كلية، وأن لا 
يعتقد عند العمل به ثبوته، بل يعتقد الاحتياط.

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Link Diskusi:

Komentari

Lebih baru Lebih lama