1872. HUKUM MEMBERI ZAKAT KEPADA ORANG KAYA



Pertanyaan:
Assalamualaikum para kyai dan ustadz mohon pencerahannya apabila zakat fitrah yg telah diserahkan pada panitia zakat kemudian panitia membagi zakat kepada semua orang di desa itu( orang miskin dan kaya) dg berpendapat bahwa jika orang yg kaya raya tapi masih ingin hartanya bertambah maka di hukumi orang miskin ?
[Su Dir]

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh 

(أو غني) وهو من له كفاية العمر الغالب - على الاصح -.
وقيل: من له كفاية سنة.
أو الكسب الحلال اللائق (أو مكفي بنفقة قريب) من أصل، أو فرع، أو زوج، بخلاف المكفي بنفقة متبرع (لم يجزئ) ذلك عن الزكاة، ولا تتأدى بذلك إن كان الدافع المالك وإن ظن استحقاقهم.
ثم إن كان الدافع يظن الاستحقاق الامام: برئ المالك، ولا يضمن الامام، بل يسترد المدفوع، وما استرده صرفه للمستحقين.
“Atau (zakat belum dianggap sah jika diberikan kepada) orang kaya, orang kaya yaitu orang yang sudah mempunyai biaya hidup seumur sewajarnya berpijak pada pendapat yang paling Shahih, atau orang yang sudah mempunyai biaya cukup untuk hidup satu tahun atau yang sudah mempunyai pekerjaan yang patut bagi dirinya, demikian dikatakan pada sebuah pendapat.

Maka sesuai permasalahan di atas belum cukup diangggap sebagai zakat dan kewajibannya belum terpenuhi, ini jika yang memberikan adalah pemilik harta itu sendiri sekalipun mengira orang yang diberi berhak menerima zakat. Kemudian jika yang memberikan adalah Imam Atas perkiraannya mereka berhak menerima zakat maka orang yang sang pemilik harta (orang yang berzakat) sudah bebas dari tanggungan tapi imam tidak menanggung (ganti) tapi pemberian yang salah itu ditarik kembali lalu diberikan kepada penerimanya ”
[Fathul Mu'in Hamisy I'aanah II/200-201]

Dengan demikian, memberikan zakat kepada orang kaya maka zakat itu tidak sah dan tidak menggugurkan kewajiban, ini bila dibagikan sendiri, tapi bila dibagikan oleh Imam atau orang yang diangkat oleh imam untuk mengelola zakat seperti Amil dengan perkiraan orang yang diberi berhak menerima zakat maka pemilik harta atau orang yang berzakat kepada semacam Amil atau imam sudah bebas dari tanggungan zakat, sedangkan bagi Imam atau Amil yang memberikan zakat kepada semacam orang kaya ia tidak berhak mengganti, akan tetapi ketika jelas baginya orang yang ia beri tidak berhak menerima zakat maka zakat itu ia tarik kembali yakni diambil kembali kemudian baru diserahkan kepada penerima zakat.

Adapun panitia zakat yang sebagaimana berlaku bukanlah termasuk Amil karena mereka tidak diangkat oleh imam (kepala negara) atau tidak pula diangkat oleh orang yang memegang urusan zakat seperti BAZNAS. Namun, menurut hemat saya secara praktek sama dengan imam, yakni bila panitia zakat memberikan zakat kepada orang kaya maka orang yang berzakat kepada panitia zakat sudah terbebas dari tanggungan zakat, sedangkan panitia zakat yang memberikan zakat kepada orang kaya dengan perkiraan orang kaya berhak menerima zakat ternyata tidak berhak maka harta zakat yang sudah diberikan harus ia tarik kemudian diserahkan kepada penerima zakat. Sebab berdasarkan keterangan Syekh Zainuddin Al Malibari tersebut orang kaya tidak berhak menerima zakat dan itu pula yang ditunjukkan lewat nas Hadits, sebagaimana dikutip Syekh Taqiyuddin Al Hushni Al Husain dalam kitab Kifaayah Al Akhyar:

قَالَ
(وَخَمْسَة لَا يجوز دَفعهَا إِلَيْهِم الْغَنِيّ بِمَال أَو كسب)
لقَوْله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم
(وَلَا حَظّ فِيهَا لَغَنِيّ وَلَا لذِي مرّة سوي وَهِي الْقُوَّة)
“Pengarang (Syekh Abi Syujaa') berkata: Lima orang yang tidak boleh memberikan zakat kepada mereka yaitu orang kaya dengan hart atau pekerjaan) berdasarkan sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam : 'Zakat tidak diberikan kepada orang kaya dan orang yang kuat bekerja '”
[Kifaayah Al Akhyar I/163]

Wallahu A'lamu Bis Shawaab

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Link Diskusi:


Komentari

Lebih baru Lebih lama