0139. NAJASAH : HUKUM ALKOHOL

ISMIDAR ABDURRAHMAN AS-SANUSI·27 OKTOBER 2016

Hukum Alkohol - Keputusan Muktamar NU Ke-23  


  I. Masalah  

Bagaimana hukumnya benda cair yang dinamakan alkohol? Najiskah atau  tidak? Kalau najis, maka bagaimana hukumnya minyak wangi yang dicampur  dengan alkohol. Apakah dimaafkan untuk shalat atau tidak?  Kalau  dimaafkan, apakah memang dimaafkan secara mutlak atau dengan syarat  telah hancur. Karena kami mengetahui campurannya minyak wangi itu 1.000  alkohol dan 50 gram wangi‑wangian. ( NU Cab. Senori Tuban). 

II. Putusan 

Bahwa alkohol itu termasuk benda yang menjadi perselisihan hukumnya di antara para ulama.  Dikatakan bahwa alkohol itu najis, sebab memabukkan. Dan juga dikatakan  bahwa alkohol itu tidak najis, sebab tidak memabukkan, bahkan mematikan  seperti racun. Dan Muktamar berpendapat najis hukumnya. Karena alkohol  itu menjadi arak. Adapun minyak wangi yang dicampuri alkohol itu, kalau  campurannya hanya sekedar menjaga kebaikannya, maka dimaafkan. Begitupun  halnya obat‑obatan.
 Kembali 

III. Referensi 

فِيْ  تَعْرِيْفِ الكُحُوْلِ. وَكَانُوْا يُسَمُّوْنَهُ رُوْحَ العَرَقِ  وَالعَرَقُ يُسَمُّوْنَهُ رُوْحَ الخَمْرِ. ثُمَّ تَرَافَتْ الصِنَاعَةُ  فِيْهِ فَصَارُوْا يُخْرِجُوْنَهُ مِنْ كُلِّ مَا يَقْبَلُ التَخَمُّرَ  بِذَاتِهِ أَوْ بِالتَخْمِيْرِ بِالمَاءِ. 

Tentang Pengertian  al-Kuhul. Para ahli menyebutnya dengan ruhul ‘araqi (proses penguapan),  dan penguapan itu dinamakan ruhul khamr (sebagai produk akhir). Kemudian  para ahli memprosesnya sehinga menghasilkan benda yang memuat unsur  khamr, baik zatnya atau karena diproses dengan bantuan air. ( Raddul Fudlul fi Mas’alatil Khamri wal Kuhul )  

المَبْحَثُ الثَّالِثُ فِي تَعْرِيْفِ الْكُحُوْلِ الَّذِي  اِسْتَفَدْنَاهُ مِنْ كَلاَمِ مَنْ يَعْرِفُ حَقِيْقَتَهُ الَّذِي  يَقْبَلُهُ الْحِسُّ مَعَ مَا رَأَيْنَاهُ مِنَ آلاَتِ صِنَاعَتِهِ. وَهُوَ  عُنْصُرٌ بُخَارِيٌّ يُوْجَدُ فِى الْمُتَخَمَّرَاتِ الْمُسْكِرَاتِ مِنَ  الأَشْرِبَةِ، فَبِوُجُوْدِهِ فِيْهَا يَحْصُلُ الإِسْكَارُ، وَيُوْجَدُ  هَذَا الْكُحُوْلُ أَيْضًا فِيْ غَيْرِ الأَشْرِبَةِ مِنْ مُتَخَمَّرَاتٍ  نَقِيْعِ نَحْوِ الأَزْهَارِ وَالأَثْمَارِ الَّذِي يُتَّخَذُ طِيْبًا  وَغَيْرَهُ كَمَا يُوْجَدُ مِنْ مَوْقُوْدِ الْخَشَبِ بِآلاَتِ  حَدِيْدِيَّةٍ مَخْصُوْصَةٍ، وَهَذَا الأَخِيْرُ أَضْعَفُ الْكُحُوْلِ  كَمَا أَنَّ أَقْوَاهُ الَّذِي يُوْجَدُ فِى خَمْرِ الْعِنَبِ.  

Pembahasan ketiga tentang pengertian alkohol, yaitu yang kami ketahui  dari keterangan orang yang mengetahui hakekatnya serta yang kami lihat  dari peralatan industri pembuatannya. Jadi, alkohol merupakan produk  penguapan dari jenis unsur minuman yang memabukkan, dimana terdapat  unsur itu maka ia memabukkan. Alkohol ini juga terdapat pada selain  minuman, yaitu dari rendaman air bunga dan buah buahan yang dibuat untuk  wangi-wangian dan lainnya, sebagaimana juga terdapat pada arang kayu  yang diproses dengan peralatan khusus dari logam. Yang terakhir ini  merupakan alkohol dengan kadar paling rendah, sedangkan yang terdapat  pada perasan anggur merupakan alkohol dengan kadar tinggi. 

(  Sayyid Utsman al-Batawi, al-Mabahitsul Wafiyah fi Hukmil A’thari  al-Afranjiya, berupa naskah tulisan tangan yang didapat dari  Perpustakaan Nasional RI, h. 6. ) 

وَمِنْهَا المَائِعَاتُ  النَّجِسَةُ الَّتِي تُضَافُ إِلَى الأَدْوِيَةِ وَالرَّوَائِحِ  الْعِطْرِيَّةِ ِلإِصْلاَحِهَا. فَإِنَّهُ يُعْفَى عَنِ الْقَدْرِ الَّذِي  بِهِ الإِصْلاَحُ. 

Di antara (najis yang ma’fu) adalah najis yang  cair yang dicampurkan pada obat dan minyak wangi untuk kelayakannya.  Cairan tersebut dapat di-ma’fu dengan kadar yang dapat memenuhi  kelayakannya. 

( Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘alal Madzahibil Arba’ah, (Beirut: Darul Fikr, 1417 H/1996 M), Cet. ke-1, Jilid I, h. 22. )

LINK ASAL:
https://www.facebook.com/groups/asawaja/permalink/1132595090121808/

Dokumen:
https://www.facebook.com/notes/diskusi-hukum-fiqih-berdasarkan-empat-madzhab/0139-najasah-hukum-alkohol/1133625666685417/

Komentari

Lebih baru Lebih lama