Foto: detik.com
Pertanyaan:
Assalamualaikum izin bertanya
Apakah benar orang yg sudah mendaftar haji, kewajibannya tidak gugur saat dia meninggal dan tidak boleh di lemparkan kepada ahli warisnya seperti anaknya. Caranya wajib di haji badalkan, bagi si mayyit tersebut.
Mohon penjelasan dan pencerahannya
[ܡܘܚܡܕ ܐܦܕܠ ܡܘܙܝܠ]
Jawaban:
Bener, karena dirinya sudah dikategorikan MAMPU tapi belum sempat ditunaikan maka dibadalkan haji oleh Ahli Warisnya dengan harta peninggalannya, bukan dengan cara digantikan oleh orang lain dengan nama pengganti, sebab si Mayit sudah dikategorikan mampu maka dihajikan atas namanya dengan istilah Badal.
Dasar Keterangan:
واستطاعة بالغير فتجب انابة عن ميت غير مرتد عليه نسك من تركته كما يقضى منها ديونه فلو لم يكن له تركة سن لوارثه ان يفعله عنه. فلو فعله عنه اجنبي جاز ولو بلا اذن كقضاء دينه بلا اذن
“Kemampuan dengan hal lain, karena itulah, wajib mewakili dari mayit selain Mayit yang murtad padanya ada Nusuk (haji dan umrah) yang dikeluarkan dari harta peninggalannya sebagaimana melunasi hutang-hutangnya, ketika Mayit tidak meninggalkan harta disunnahkan bagi Ahli warisnya melakukannya atas namanya, dan seandainya dilakukan selain Ahli warisnya boleh walaupun tanpa izin seperti melunasi hutang tanpa izin”
[Hasyiyah Al Bajuri Ala Ibnu Qasiim I/309]
وقوله عليه نسك أي في ذمته نسك واجب حج أو عمرة ولو قضاء أو نذرا وذلك بأن مات بعد استقرار النسك عليه ولم يؤده وخرج بذلك ما إذا مات قبل أن يستقر عليه فلا يقضى من تركته لكن للوارث والأجنبي الحج والاحجاج عنه على المعتمد نظر إلى وقوع حجة الاسلام عنه وإن لم يكن مخاطبا بها في حياته
“Dan keterangannya: "Padanya Nusuk" yakni dalam tanggungannya nusuk wajib haji Atau umrah walaupun Qadha' atau nadzar seperti ia meninggal sesudah ditetapkan kewajiban haji padanya dan belum ia tunaikan, berbeda halnya bila ia meninggal sebelum ditetapkan kewajiban itu tidak ada keharusan qadha' dari harta peninggalannya tapi waris ataupun orang lain melakukan itu (dengan sukarela) berhaji atas namanya berpijak pada pendapat yang Mu'tamad sebagai implikasi jatuhnya haji Islam dari dirinya meskipun ia belum terkena beban perintah syariat kala hidupnya”
[Hasyiyah I'aanah At Thaalibiin II/285]
ثَانِيهَا استطاعة بِغَيْرِهِ فَتجب الْإِنَابَة عَن غير مُرْتَد مَاتَ وَعَلِيهِ نسك وَلَو بِنَحْوِ نذر من تركته كَمَا تقضى مِنْهَا دُيُونه فَلَو لم تكن لَهُ تَرِكَة سنّ لوَارِثه أَن يَفْعَله عَنهُ وَلَو فعله عَنهُ أَجْنَبِي وَلَو بِلَا إِذن من الْوَارِث جَازَ كَمَا يَصح قَضَاء دُيُونه بِلَا إِذن فَإِن لم يكن عَلَيْهِ نسك بِأَن كَانَ أدّى حجَّة الْإِسْلَام لَا تجوز الْإِنَابَة عَنهُ إِلَّا لَو أوصى بذلك وَإِلَّا جَازَت مُطلقًا قَالَ شَيخنَا يُوسُف إِذا كَانَت الْأُجْرَة من الْمُنِيب لَا من التَّرِكَة جَازَت الْإِنَابَة بِلَا وَصِيَّة
“Kedua, kemampuan dengan hal lain, maka wajib melakukan ibadah haji atau umrah atas nama orang yang bukan murtad yang meninggal dan masih memiliki kewajiban haji atau umrah, walaupun karena nazar, dari harta peninggalannya, sebagaimana hutang-hutangnya yang harus dibayar. Jika tidak ada harta peninggalannya, maka dianjurkan bagi ahli warisnya untuk melakukannya atas namanya. Bahkan jika orang lain yang bukan ahli waris melakukannya atas namanya, walaupun tanpa izin dari ahli waris, maka itu diperbolehkan, sebagaimana sahnya pembayaran hutang-hutang mayit tanpa izin.
Jika mayit tidak memiliki kewajiban haji atau umrah karena telah melaksanakan haji Islam, maka tidak diperbolehkan melakukan ibadah haji atau umrah atas namanya kecuali jika dia berwasiat untuk itu. Jika tidak ada wasiat, maka tidak diperbolehkan.
Guru kami, Syaikh Yusuf, berkata: Jika biaya haji atau umrah ditanggung oleh orang yang melakukan ibadah haji atau umrah atas nama mayit, bukan dari harta warisan, maka diperbolehkan melakukan ibadah haji atau umrah atas namanya tanpa wasiat”
[Nihaayah Az Zain Halaman 208]
وأمّا من مات بعد استقرار النسك عليه ولم يؤده فعلى وصيه، فوارثه، فالحاكم إنابة من يؤديه عنه من تركته فوراً؛ لخبر البخاري: (إن أمي نذرت أن تحج، فماتت قبل أن تحج، أفأحج عنها؟ قال: "حجي عنها، أفرأيت أن لو كان على أمك دين أكنت قاضيه؟ " قالت: نعم، قال: "فالله أحق بالوفاء"). فإن لم تكن تركة سن للوارث والأجنبي وإن لم يأذن له الوارث أن يؤدي نسكه وإن لم يستطع؛ لأنه بالدين أشبه بخلاف الصوم فلا بد من إذنه؛ لأنه عباده بدنية محضة ولا يجوز التنفل عنه به إلا إن أوصى به.
[Busyral Kariim II/90]
Wallahu A'lamu Bis Shawaab
(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)
Link Diskusi: