1929. MENAMBAH RUKUN FI'LI (SUJUD)

Foto: YouTube 


Pertanyaan:


*‎السّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

📌ASILAH KONSULTASI FIKIH

  ۞ﺑِﺴْـــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ۞

 SA'IL : Mas Firman 

📓 JUDUL : Fiqih 

📜 DESKRIPSI MASALAH
-----------

Sebut saja Pa Firman.
Pa Firman ini solat berjamaah di mesjid.

Di saat sujud, Pa Firman malah mendahului imam yang sedang sujud. Kepalanya sudah terangkat dari bumi, dan Pa Firman karena malu yang lain masih sujud, kemudian Pa Firman kembali sujud.

Pa Firman Bingung, karena dulu lupa lupa ingat pernah baca. Kalau seseorang sudah bangun dari sujud tapi sujud lagi termasuk menambah rukun. Dan batal solat


🗒️ PERTANYAAN :

1. Apakah benar kalau sudah bangun dari sujud. Tapi sujud lagi, maka batal solatnya?

2. Bagaimana kasus d atas? Apa solat Pa Firman batal.? Apa termasuk menambah rukun 


📒 JAWABAN :


📕 REFERENSI :

 .

Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakaatuh 

1. Benar, karena sujud merupakan rukun fi'li maka termasuk perbuatan membatalkan shalat menambah rukun fi'li, seperti menambah sujud sampai 3x/+, atau menambah ruku' sampai 2x/+ karena semuanya itu bisa membatalkan shalat karena menambah rukun fi'li.

2. Shalat Firman pada kasus tersebut tidak batal, karena menambah rukun fi'li yaitu sujud karena mengikuti Imam seperti dia seorang menjadi makmum tapi mendahului imam sujud dan semisalnya maka bila dia kembali ke posisi semula Yaitu posisi dilakukan imam untuk mengikuti Imam maka shalatnya tidak batal. Pada diskripsi masalah Firman tidak sengaja mendahului imam sujud dan dia kembali ke posisi imam untuk mengikuti Imam maka shalatnya tidak batal. Bagi makmum semisal tersebut dalam diskripsi maka bila ia sengaja mendahului satu rukun shalat seperti mendahului imam sujud sunah ia kembali pada posisi Imam masih lakukan dalam hal ini pada posisi Sujud, tapi bila tidak sengaja seperti menyangka imam sudah bangun sujud tapi nyatanya belum ia bebas memilih mau kembali ke posisi semula atau tetap diposisi itu.

Berdasarkan keterangan tersebut itu merujuk pertanyaan terakhir yang ditanyakan yaitu: Apaa AdA perbedaan ketika munfarid dan Berjamaah jadi makmum? Maka jawabnya ada perbedaan hanya bagi makmum bila kondisinya kembali ke posisi itu untuk mengikuti Imam, jika tidak maka tidak ada perbedaan, ini menunjukkan pula orang shalat sendirian dan imam tidak ada pemilihan hukum dalam hal ini karenanya kalau menambah rukun fi'li maka shalatnya batal.

Semoga Allah memudahkan penanya memahami apa yang saya jelaskan Diatas dan umumnya yang membaca keterangan saya diatas, bila seandainya posisinya berada pada kita dapat kita melakukan sesuai jalur Fiqihnya, bukan sekedar hanya mengikuti hati dan mengikuti orang.

NB:
Kecuali dilakukan karena tidak tahu dengan ketidakmampuan dimaafkan dalam ranah fiqih, ketidaksengajaan atau lupa pada kasus shalat sendirian dan sebagai imam.

Wallahu A'lam 

(Dijawab oleh: Ismidar Abdurrahman As Sanusi)

Referensi:
1. Fathul Mu'in Wa Hasyiyah I'aanah At Thaalibiin Juz 1 Halaman 225-226
2. Fathul Mu'in Wa Hasyiyah I'aanah At Thaalibiin Juz 2 Halaman 39

Ibarat:

١ - فتح المعين وحاشية إعانة الطالبين الجزء الاول صـــــــــ ٢٢٥-٢٢٦
(بزيادة ركن فعلي عمدا) لغير متابعة، كزيادة ركوع أو سجود وإن لم يطمئن فيه. — أما وقوع الزيادة سهوا أو جهلا عذر به فلا يضر، كزيادة سنة نحو رفع اليدين في غير محله، أو ركن قولي كالفاتحة، أو فعلي للمتابعة، كأن ركع أو سجد قبل إمامه ثم عاد إليه.
(قوله: أو فعلي للمتابعة) أي أو زيادة ركن فعلي لأجل متابعة إمامه.

(قوله: كأن ركع إلخ) أي وكأن رفع المصلي منفردا رأسه من الركوع فاقتدى بمن لم يركع ثم أعاد الركوع معه فإنه لا تبطل به صلاته.

وقوله: ثم عاد إليه أي إلى إمامه ليركع معه أو يسجد.

والعود سنة إن صدر منه ذلك على سبيل العمد، فإن صدر منه على سبيل السهو تخير بين العود وعدمه كما مر.

٢ - فتح المعين وحاشية إعانة الطالبين الجزء الثاني صـــــــــ ٣٩
ومن تقدم بركن سن له العود ليوافقه إن تعمد وإلا تخير بين العود والدوام.
(قوله: ومن تقدم) أي على إمامه.

(وقوله: سن له العود) أي إلى إمامه.

(وقوله إن تعمد) أي التقدم بركن (قوله: وإلا تخير) أي وإن لم يكن تقدمه عمدا، بأن كان سهوا، تخير بين العود للركن الذي سبق الإمام منه، كما قبل الركوع في المثال الذي ذكره وبين الدوام - أي البقاء - في الركن الذي هو فيه، كاعتدال في المثال المذكور، ولا ينتقل عنه حتى يلحقه الإمام فيه.

وإنما سن العود للعامد جبرا لما فاته، وخير غيره لعدم تقصيره.

--------------------

Mengenai Ketidaktahuan atau jahil yang dimaafkan dalam kitab fiqih baca selengkapnya disini 👇 



Komentari

Lebih baru Lebih lama