0115. HUKUM BERBAKTI DAN MENDOAKAN ORANG TUA NON MUSLIM

ISMIDAR ABDURRAHMAN AS-SANUSI·14 OKTOBER 2016

PERTANYAAN  
> Ric0
Assalamualaikum wr.wb.  Saya mau nanya, kalo ayah yang beda agama dari kita, lalu kita  mendoakan nya gimana ya? Terus kalo durhaka orang tua itu gimana iya?  Apa orangtua yang menganggap anaknya sebagai binatang apakah termasuk  durhaka orang tua? #trimaksh 

JAWABAN
> Ismidar Abdurrahman As-Sanusi 
Wa'alaikumussalam

Pertama: MENDO'AKAN NON MUSLIM
Mendoakan  non muslim supaya diberi hidayah ketika ia masih hidup didunia maka hal  ini diperbolehkan terlebih agar mereka mau memeluk Islam. Namun, bila  mendoakan mereka supaya mereka diampuni setelah mereka meninggal dunia  maka dilarang bahkan menurut pendapat Mayoritas Ulama hukumnya HARAM.

Kedua: DURHAKA KEPADA ORANG TUA NON MUSLIM
Dalam  ajaran agama Islam dalam hal berbakti kepada orang tua hukumnya WAJIB  meskipun orang tuanya tidak seakidah dengannya selama orang tuanya tidak  memerintahkan dalam kesyirikan dan kemaksiatan maka seorang anak tetap  diwajibkan berbakti kepada orang tuanya. Dan apabila sampai menyakiti  perasaannya dan sebagainya dihukumi DURHAKA dan seorang yang durhaka  kepada orang tuanya Allah tidak ridho dan tidak Allah ampuni dan  termasuk dosa besar.
Mendoakan non Muslim dalam  urusan dunia terlebih agar mereka diberi hidayah diperbolehkan, yang  tidak diperbolehkan adalah mendoakan orang kafir dalam memintakan  ampunan atas kekafirannya, sedangkan orang yang didoakan sudah mati  dalam keadaan kafir.

( فَرْعٌ ) يَجُوزُ إجَابَةُ  دُعَاءِ الْكَافِرِينَ ، وَيَجُوزُ الدُّعَاءُ لَهُ وَلَوْ بِالْمَغْفِرَةِ  وَالرَّحْمَةِ ، خِلَافًا لِمَا فِي الْأَذْكَارِ إلَّا مَغْفِرَةَ ذَنْبِ  الْكُفْرِ مَعَ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ فَلَا يَجُوزُ .

“orang-orang  Muslim boleh menjawab doanya orang-orang non-Muslim (kafir), dan boleh  mendoakannya, walaupun doa memohon ampunan (maghfirah) dan kasih sayang  (rahmat). Berbeda dengan keterangan dalam kitab al-Adzkaar kecuali  mendoakan orang kafir dalam memintakan ampunan atas kekafirannya,  sedangkan orang yang didoakan sudah mati dalam keadaan kafir, maka tidak  diperbolehkan”.
Hasyiyah al-Qalyubi IV/270

(  فَرْعٌ ) فِي اسْتِحْبَابِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ خِلَافٌ ا هـ  .وَاعْتَمَدَ م ر الْجَوَازَ وَأَظُنُّ أَنَّهُ قَالَ لَا يَحْرُمُ  الدُّعَاءُ لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ إلَّا إذَا أَرَادَ الْمَغْفِرَةَ لَهُ  مَعَ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ وَسَيَأْتِي فِي الْجَنَائِزِ التَّصْرِيحُ  بِتَحْرِيمِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ بِالْمَغْفِرَةِ نَعَمْ إنْ أَرَادَ  اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ إنْ أَسْلَمَ أَوْ أَرَادَ بِالدُّعَاءِ لَهُ  بِالْمَغْفِرَةِ أَنْ يَحْصُلَ لَهُ سَبَبُهُ وَهُوَ الْإِسْلَامُ ثُمَّ  هِيَ فَلَا يُتَّجَهُ إلَّا الْجَوَازُ ا هـ .سم عَلَى الْمَنْهَجِ  وَيَنْبَغِي أَنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ إذَا لَمْ يَكُنْ عَلَى وَجْهٍ يُشْعِرُ  بِالتَّعْظِيمِ وَإِلَّا امْتَنَعَ خُصُوصًا إذَا قَوِيَتْ الْقَرِينَةُ  عَلَى تَعْظِيمِهِ وَتَحْقِيرِ غَيْرِهِ كَأَنْ فَعَلَ فِعْلًا دَعَا لَهُ  بِسَبَبِهِ وَلَمْ يَقُمْ بِهِ غَيْرُهُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَأَشْعَرَ  بِتَحْقِيرِ ذَلِكَ الْغَيْرِ ا هـ .

DALAM ANJURAN MENDOAKAN ORANG NON MUSLIM TERJADI PERBEDAAN PENDAPAT ULAMA
Ar-Ramli  as-Shaghiir memilih diperbolehkannya “Tidak haram mendoakan non muslim  dengan mendapatkan ampunan kecuali mendoakan orang kafir dalam  memintakan ampunan atas kekafirannya, sedangkan orang yang didoakan  sudah mati dalam keadaan kafir, maka tidak diperbolehkan”Bila yang  dikehendaki “Ya Allah ampunilah ia bila masuk islam atau bila  dikehendaki agar ia islam saat didoakan ampunan maka boleh”Hanya saja  menurt alQasiim bila yang demikian tidak menimbulakan pengagungan  terhadap mereka, bila menimbulkan maka dilarang terlebih bila disertai  tanda kuat akan pengagungan terhadap mereka dan melecehkan terhadap  lainnya seperti selepas mereka menjalani suatu pekerjaan dan tidak  terdapati selainnya yang mampu mengerjakannya maka doanya pertanda  mengagungkan mereka dan melecehkan selainnya”.
Hasyiyah as-Syibra malisy VI/1

وَيَجُوزُ  الدُّعَاءُ لِلْكَافِرِ بِنَحْوِ صِحَّةِ الْبَدَنِ وَالْهِدَايَةِ  وَاخْتَلَفُوا فِي جَوَازِ التَّأْمِينِ عَلَى دُعَائِهِ 
.
“Dan diperbolehkan mendoakan semacam kesehatan badan dan ulama berbeda pendapat tentang diperbolehkannya mengamini doa mereka”.
Hasyiyah al-jamal III/436

قال الننوي في المجموع : وأما الصلاة على الكافر والدعاء له بالمغفرة فحرام بنص القرآن والإجماع

Imam an-Nawawi berkata dalam kitab al-Majmu' :

Adapun  menyolati orang kafir, dan mendoakan agar diampuni dosanya, maka ini  merupakan perbuatan haram, berdasarkan nash Alqur’an dan Ijma
__________________________________

وقد  تأول قوم قول الله: {ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو  كانوا أولى قربى}… الآية، أن النهي من الله عن الاستغفار للمشركين بعد  مماتهم، لقوله: {من بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم} وقالوا: ذلك لا  يتبينه أحد إلا بأن يموت على كفره، وأما هو حي فلا سبيل إلى علم ذلك،  فللمؤمنين أن يستغفروا لهم

Sekelompok ulama’ telah  menafsiri firman Allah (yg artinya): Tidak sepatutnya bagi Nabi dan  orang-orang yang beriman, memintakan ampun (kepada Allah) untuk  orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum  kerabat(nya)… -hingga akhir ayat-; bahwa larangan dari Allah untuk  memintakan ampun bagi kaum musyrikin adalah setelah matinya mereka  (dalam keadaan kafir), karena firman-Nya (yg artinya): “sesudah jelas  bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni (neraka)  jahim”. Mereka mengatakan: “alasannya, karena tidak ada yg bisa  memastikan (bahwa dia ahli neraka), kecuali setelah ia mati dalam  kekafirannya, adapun saat ia masih hidup, maka tidak ada yg bisa  mengetahui hal itu, sehingga dibolehkan bagi Kaum Mukminin untuk  memintakan ampun bagi mereka. (Tafsir At-Thobari)

وَقَدْ  قَالَ كَثِيرٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ: لَا بَأْسَ أَنْ يَدْعُوَ الرَّجُلُ  لِأَبَوَيْهِ الْكَافِرَيْنِ وَيَسْتَغْفِرَ لَهُمَا مَا دَامَا حَيَّيْنِ.  فَأَمَّا مَنْ مَاتَ فَقَدِ انْقَطَعَ عَنْهُ الرَّجَاءُ فَلَا يُدْعَى  لَهُ. قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: كَانُوا يَسْتَغْفِرُونَ لِمَوْتَاهُمْ  فَنَزَلَتْ فَأَمْسَكُوا عَنِ الِاسْتِغْفَارِ وَلَمْ يَنْهَهُمْ أَنْ  يَسْتَغْفِرُوا لِلْأَحْيَاءِ حَتَّى يَمُوتُوا 

Banyak  ulama mengatakan: Tidak mengapa bagi seorang (muslim) mendoakan kedua  orang tuanya yg kafir, dan memintakan ampun bagi keduanya selama mereka  masih hidup. Adapun orang yg sudah meninggal, maka telah terputus  harapan (untuk diampuni dosanya). Ibnu Abbas mengatakan: “Dahulu  orang-orang memintakan ampun untuk orang-orang mati mereka, lalu  turunlah ayat, maka mereka berhenti dari memintakan ampun. Namun mereka  tidak dilarang untuk memintakan ampun bagi orang-orang yg masih hidup  hingga mereka meninggal. (Tafsir al_Qurthubi)

قال  الإمام العلم أبو جعفر بن جرير : وأولى الأقوال قول من قال : إنه الدعاء ،  وهو المناسب للسياق ، وذلك أن الله تعالى لما ذكر أن إبراهيم إنما استغفر  لأبيه عن موعدة وعدها إياه ، وقد كان إبراهيم كثير الدعاء حليما عمن ظلمه  وأناله مكروها ؛ ولهذا استغفر لأبيه مع شدة أذاه في قوله : ( أراغب أنت عن  آلهتي يا إبراهيم لئن لم تنته لأرجمنك واهجرني مليا . قال سلام عليك  سأستغفر لك ربي إنه كان بي حفيا ) [ مريم : 46 ، 47 ] ، فحلم عنه مع أذاه  له ، ودعا له واستغفر ؛ ولهذا قال تعالى : ( إن إبراهيم لأواه حليم ) 

(Tafsir Ibn Katsir)
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php...

( ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ) اختلفوا في سبب نزول هذه الآية .
قال  قوم : سبب نزولها : ما أخبرنا عبد الواحد بن أحمد المليحي ، أخبرنا أحمد  بن عبد الله النعيمي ، أخبرنا محمد بن يوسف ، حدثنا محمد بن إسماعيل ،  حدثنا أبو اليمان ، أنبأنا شعيب ، عن الزهري ، حدثني سعيد بن المسيب عن  أبيه . قال : لما حضرت أبا طالب الوفاة جاء رسول الله صلى الله عليه وسلم ،  فوجد عنده أبا جهل ، وعبد الله بن أبي أمية بن المغيرة : فقال : أي عم قل  لا إله إلا الله كلمة أحاج لك بها عند الله . فقال أبو جهل وعبد الله بن  أبي أمية : أترغب عن ملة عبد المطلب؟ فلم يزل رسول الله صلى الله عليه وسلم  يعرضها عليه ويعيدان بتلك المقالة ، حتى قال أبو طالب آخر ما كلمهم : على  ملة عبد المطلب ، وأبى أن يقول : لا إله إلا الله ، فقال رسول الله صلى  الله عليه وسلم : والله لأستغفرن لك ما لم أنه عنك ، فأنزل الله تعالى : (  ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين ولو كانوا أولي قربى من  بعد ما تبين لهم أنهم أصحاب الجحيم ) وأنزل في أبي طالب : إنك لا تهدي من  أحببت ولكن الله يهدي من يشاء .

(Tafsir al-Baghowy)
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php...

الْبِرُّ  بِالْوَالِدَيْنِ فَرْضُ عَيْنٍ كَمَا سَبَقَ بَيَانُهُ، وَلاَ يَخْتَصُّ  بِكَوْنِهِمَا مُسْلِمَيْنِ، بَل حَتَّى لَوْ كَانَا كَافِرَيْنِ يَجِبُ  بِرُّهُمَا وَالإِْحْسَانُ إِلَيْهِمَا مَا لَمْ يَأْمُرَا ابْنَهُمَا  بِشِرْكٍ أَوِ ارْتِكَابِ مَعْصِيَةٍ. قَال تَعَالَى: {لاَ يَنْهَاكُمُ  اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ  يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ  إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ}

Birrul  walidain hukumnya fardhu ain sebagaimana penjelasan sebelumnya, dan  tidak khusus kedua orang tuanya muslim tetapi walaupun keduanya kafir  juga wajib biruul walidain selama tidak memerintahkan kepada kemusyrikan  atau melakukan kemaksiyatan. Allah ta'ala berfirman : "Allah tiada  melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang  yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari  negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."  (Al-Mumtahanah : 8).
(Al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah)

(  ومن الفرائض ) العينية على كل مكلف ( بر الوالدين ) أي الإحسان إليهما (  ولو كانا فاسقين ) بغير الشرك بل ( وإن كانا مشركين ) للآيات الدالة على  العموم ، والحقوق لا تسقط بالفسق ولا بالمخالفة في الدين ، فيجب على الولد  المسلم أن يوصل أباه الكافر إلى كنيسته إن طلب منه ذلك وعجز عن الوصول  بنفسه لنحو عمى كما قاله ابن قاسم ، كما يجب عليه أن يدفع لهما ما ينفقانه  في أعيادهما لا ما يصرفانه في نحو الكنيسة أو يدفعانه للقسيس .

Termasuk  fardhu ain atas mukallaf adalah birrul walidain, walaupun keduanya  fasik maupun musyrik karena adanya ayat yang menunjukkan atas  keumumannya. Dan hak-hak tidak bisa gugur sebab kefasikan, tidak pula  sebab menyelisihi agama. Jadi wajib bagi anak yang islam mengantarkan  orang tuanya yang kafir sampai ke gereja jika orang tuanya  memerintahkannya sebab kesulitan untuk sampai kesana dengan dirinya  sendiri misalnya karena buta sebagaimana penjelasan Ibnu qosim. Dan  sebagaimana wajib bagi anak yang muslim memberikan kepada kedua orang  tuanya, apa yang di nafkahkan untuk keduanya dalam hari raya, tidak  wajib memberikan harta yang digunakan oleh orang tuanya untuk gereja  atau untuk diberikan kepada pendeta.
Al-Fawakih ad-Dawaany VIII/126

السابعة  : لا يختص بر الوالدين بأن يكونا مسلمين ، بل إن كانا كافرين يبرهما ويحسن  إليهما إذا كان لهما عهد ; قال الله - تعالى - : لا ينهاكم الله عن الذين  لم يقاتلوكم في الدين ولم يخرجوكم من دياركم أن تبروهم . وفي صحيح البخاري  عن أسماء قالت : قدمت أمي وهي مشركة في عهد قريش ومدتهم إذ عاهدوا النبي -  صلى الله عليه وسلم - مع أبيها ، فاستفتيت النبي - صلى الله عليه وسلم -  فقلت : إن أمي قدمت وهي راغبة أفأصلها ؟ قال : نعم صلي أمك . وروي أيضا عن  أسماء قالت : أتتني أمي راغبة في عهد النبي - صلى الله عليه وسلم - فسألت  النبي - صلى الله عليه وسلم - أأصلها ؟ قال : نعم . قال ابن عيينة : فأنزل  الله - عز وجل - فيها : لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين  الأول معلق والثاني مسند

Al-Jamii' li Ahkam alQurthuby.

( قوله : وعقوق الوالدين ) أي ولو كافرين وهو الظاهر ، وإن وقع في بعض الاحاديث التقييد بالمسلمين لأن الظاهر أنه جري على الغالب .
ومعنى عقوقهما أن يؤذيهما أذى ليس بالهين ، ومنه التأفيف .
قال  رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : من عق والديه فقد عصى الله ورسوله ،  وأنه إذا وضع في قبره ضمه القبر حتى تختلف أضلاعه ، وأشد الناس عذابا في  جهنم عاق لوالديه ، والزاني ، والمشرك بالله سبحانه وتعالى

I'aanah at-Thoolibiin

Wallahu A'lamu Bis Showaab. 

LINK ASAL:
https://www.facebook.com/groups/asawaja/permalink/1121765461204771/

Dokumen FB:
https://www.facebook.com/notes/diskusi-hukum-fiqih-berdasarkan-empat-madzhab/0115-hukum-berbakti-dan-mendoakan-orang-tua-non-muslim/1123035621077755/

Komentari

Lebih baru Lebih lama